Saturday, October 20, 2012

Gerbong Kereta #9

Cinta itu perjuangan, tidak pernah ada yang namanya instan. Saat kedua hati saling jatuh cinta, mereka pasti akan berjuang bersama-sama untuk membangun sebuah hubungan. Semua tentang cinta memang belum tentu berakhir dengan indah, tapi itu lah keunikan cinta. Semua orang ingin dicintai, semua orang pasti mencintai. Cinta itu cukup membutakan mata dan mampu mengacaukan segala logika bagi orang-orang yang merasakannya. Tidak sampai di situ saja, cinta juga kadang memabukkan. Ya, hanya cinta yang bisa.


Begitu juga dengan hati dan perasaanku yang tersihir oleh makhluk Tuhan bernama wanita. Perkenalkan, namaku Radit. Lebih sering di panggil Adit. Ini cerita tentang perjuangan. Dimana cinta membawa kita pada seseorang yang tepat, bukan yang sempat.


Cerita ini berawal saat aku mulai mengenal seorang perempuan bernama Rahmaaa, namanya Rahma tapi aku panggil Rahmaaa. Buat yang belum paham, Rahmaaa itu nama panggilan, Rahma itu nama aslinya. Jadi Rahmaaa adalah panggilanku untuknya. Intinya dia Rahmaaa.


Rahmaaa adalah seorang perempuan manis dengan kulit kuning gelap khas orang-orang jawa. Rambutnya panjang dengan poni rapi yang tampak serasi seperti tirai menutupi jidatnya. Lesung di pipi kanannya menambah keindahan senyumnya, jelas berbagai macam pria mampu tersirih olehnya. Rahmaaa memiliki tinggi 167cm dan berat badan 43kg, ramping dan tentu saja tinggi untuk ukuran perempuan Indonesia. Anaknya baik, perhatian, tulus, sedikit manja, sedikit kekanak-kanakan dan tentu saja lovable banget. 



Perkenalan dengan Rahmaaa bermula dari ketidak sengajaanku untuk menambahkan kontak pin blackberry messanger, atau yang lebih dikenal dengan bbm. Kesalahan itu sempat membuatku salah tingkah. Dia sempat ku panggil "kak", padahal umurnya masih empat tahun di bawahku. Bahkan aku sempat meminta maaf karena ketidak sengajaan ku untuk menambahkan pin-nya ke daftar bbm ku. Ya, aku seperti orang asing yang tiba-tiba saja muncul dalam kehidupannya. Kebetulan? Mungkin saja.


Awalnya kami berdua biasa saja, hanya berbicara seputar pekerjaan sambilan yang sama. Tapi, dia tiba-tiba memberi bantuan padaku untuk mempermudah pekerjaan yang aku lakukan. Kebetulan aku dan dia sama-sama suka berkecimpung di dunia social media. Kebaikannya tentu tidak main-main, aku pun sampai merasa tidak enak dengan bantuannya. Hal ini disebabkan karena aku sendiri masih seorang amatir dalam social media, sedangkan dia? Masih muda tapi sudah luar biasa ahli. Salut.


Suatu hari, aku membantunya menjual salah satu disain untuk client OL Shop. Kebetulan dalam soal jual-beli aku jago-nya, karena orang yang kuliah di manajemen seperti diriku pasti tau cara mencari target pasar yang sesuai. Setelah aku berhasil menjualnya (dengan harga yang sebenarnya di bawah rata-rata), Rahmaaa justru sempat-sempatnya memberiku komisi. Hal ini membuatku terkejut, dia sudah mau menjual murah, tapi masih memberi komisi juga atas usahaku mencari pembeli potensial. Luar biasa, perempuan ini telah menyihirku untuk jatuh cinta dengan segala potensi yang dia miliki.


Tak perlu waktu yang cukup lama, aku mulai jatuh cinta padanya. Kebaikan Rahmaaa yang luar biasa telah membuat hatiku tergerak. Kebaikan dan dirinya yang sederhana apa adanya telah membuat duniaku jungkir balik. Kehidupanku kini mulai terganggu oleh sosoknya. Dalam kegiatan apapun yang aku lakukan, aku selalu memikirkan dirinya. Uniknya, kami belum pernah bertemu sama sekali.


Ya, ironis memang, aku jatuh cinta pada perempuan yang sama sekali belum pernah aku temui. Rahmaaa tinggal di Jawa Timur, sedangkan aku tinggal di Jawa Tengah. Inilah cinta, datang tak dijemput, pulang tak diantar. Inilah cinta, datang tak memilih sasaran, siapapun bisa menjadi korbannya. Tapi, hal ini tidak membuatku gentar, karena aku yakin bahwa Rahmaaa adalah perempuan yang benar-benar aku inginkan. Cuma dia, ya, dalam pikiranku saat ini cuma dia yang mampu membuat hidupku kembali bahagia dan penuh warna.


Sampai suatu hari, kebahagiaan itu pun datang. Rahmaaa mengatakan padaku kalau dia juga memiliki perasaan yang sama denganku. Aku hampir tak percaya, jantungku berdebar kencang saat dia mengatakannya. Seperti gayung yang menyambut, cintaku tak berat sebelah. Seperti impianku, dia mencintaiku.


Tapi, masalah jarak membuat kami khawatir. Pertemuanku dengan dia belum juga terjadi, hal ini yang menyebabkan kami tidak kunjung jadian. Bagaimana pun juga memang lebih baik kami bertemu, berbincang-bincang, dan mengetahui lebih jauh tentang diri masing-masing dulu sebelum benar-benar pacaran. Tentu saja semua penting dilakukan, sebuah hal yang wajar kalau kami sama-sama takut kecewa dalam masalah ini. Takut sakit setelah memilih, takut ditinggalkan setelah benar-benar mengharapkan.


"Dit, kapan kita berjumpa?", kata Rahmaaa. Malam ini kebetulan kami sedang berbicara melalui telpon.


"Emm... Aku belum tau, maaa. Aku gak bisa bolos", jawabku.


"Yaudah, aku ngerti kamu kuliah. Mungkin memang aku harus lebih sabar. Aku cuma takut terlalu berharap aja sama kamu", jelasnya.

"Sabar ya, maaa. Maaf aku benar-benar belum bisa ke tempat kamu. Aku yakin, kalau kita jodoh, nantinya ada jalan buat kita ketemuan. Lagi pula, kamu nggak perlu takut, aku beneran suka kamu. Aku gak main-main", kataku sembari meyakinkan Rahmaaa.

"Ya, Dit. Aku berusaha sabar", jawabnya lesu.


Memang, yang namanya jarak dan waktu adalah hal yang cukup menyiksa. Seperti LDR, pasti memiliki berbagai tantangan karena perpisahan jarak maupun waktu. Ini sebuah ujian dimana saat raganya jauh, tapi hati dan cinta harus selalu dekat dan saling mengikat.


Keadaan berubah seketika ketika Rahmaaa membawa berita yang cukup mengejutkan. Rahmaaa memang lama tinggal di Arab Saudi, di Jeddah tepatnya. Orang tuanya bekerja di sana. Entah ada angin apa, tiba-tiba Rahmaaa diperintahkan untuk kembali ke Jeddah oleh kedua orang tuanya. Rahmaaa yang memang baik hati mau tak mau harus menuruti perintah orang tuanya. Karena memang dia lebih baik merasakan kekecewaan diri sendiri ketimbang mengecewakan orang tua dan saudara kembarnya yang berada di Jeddah.


Dengan berat hati Rahmaaa memutuskan untuk berangkat seminggu setelah berita itu datang. Jelas saja aku kebingungan karena jadwal yang begitu padat di kampus dan tiba-tiba saja dia akan pergi ke Jeddah. Rahmaaa mengatakan, kalau dia pergi ke Jeddah, dia bakal tinggal di sana kurang lebih 3 bulan. Aku benar-benar terpukul dan merasa tidak berguna. Lagi-lagi jarak dan waktu tak berpihak padaku. Padahal, aku sudah memiliki rencana untuk bertemu dengannya pada bulan berikutnya. Bak luka yang ditaburi garam, aku merasa benar-benar sakit akan ditinggalnya begitu lama.


Sebenarnya masalah kami bukan karena dia akan pergi. Memang sedekat apapun pasangan, nantinya akan LDR juga karena pekerjaan. Yang menjadi masalah terbesar buat kami adalah kejelasan hubungan. Paling tidak, kami butuh bertatap muka 5 sampai 10 menit. Paling tidak kami bisa berbicara secara langsung. Karena itu aku benar-benar tidak tau lagi harus bagaimana. Di satu sisi aku ingin berjumpa dengannya, di sisi lain aku memiliki tanggung jawab di kampus dan orang tuaku sendiri.


------------------------------------


Empat hari setelah berita yang mengejutkan itu, Rahmaaa di jadwalkan untuk berangkat dari Malang menuju rumah kakaknya di Jakarta. Dia akan berangkat pukul 14.30 dan tiba di Jakarta pukul 09.30 esok paginya. Mendengar hal itu, aku sudah pasrah akan kehilangan dia selama 3 bulan. Malam sebelum hari keberangkatannya ke Jakarta, aku menelponnya.


"Dit, aku besok berangkat ke Jakarta. 2 hari kemudian aku berangkat ke Jeddah", Rahmaaa menjelaskan rencana keberangkatannya.

"Iya, aku tau, maa. Aku tadi udah ngobrol sama saudara kembarmu", jawabku. Saudara kembar Rahmaaa ada di Jeddah, dia juga menjadi salah satu tempat curhatku. Dia salah satu orang yang ikut prihatin dengan keadaanku dan Rahmaaa yang tergantung ini.

"Gimana ya? Aku pingin ketemu kamu banget, Dit", suara Rahmaaa mulai menunjukkan tanda-tanda akan menangis.

"Aku juga gak tau, Ma. Kamu bakal pergi secepat ini", jawabku seadanya.

"Kita beneran gak bisa ketemu ya, Dit? Sayang banget"

"Iya, maaa. Sayang banget. Tapi, aku bakal nunggu kamu kok. Hatiku udah mentok di kamu. Sampai kamu kembali ke Indonesia, aku bakal nunggu kamu dan tetap sayang sama kamu. Semoga nanti saat kamu kembali, kamu masih punya keinginan dan rasa yang sama seperti aku", aku mencoba untuk meyakinkan Rahmaaa.


"Ya, amin. Semoga saja Dit. Aku juga gak tau harus gimana lagi", suara Rahmaaa terdengar seperti menahan tangis kesedihan. Aku tau dia tak ingin meninggalkan Indonesia secepat ini, aku tau dia ingin bertemu denganku sebelum berangkat. Tapi, memang kebaikannya dan kepedulian yang besar terhadap saudara serta orang tuanya adalah sisi yang mau tak mau harus dituruti.



"Sering-sering kirim voice note ya, Ma?", kataku


"Semoga ya, Dit", Rahmaaa mulai meneteskan air mata. Suaranya semakin tidak jelas. Suara tangisnya menusuk kedalam telingaku dan dalam hitungan detik hatiku ikut merasakan kesedihannya.


Aku sedih, ingin rasanya memeluk dirinya. Tapi, aku tak pernah ada di sampingnya. Ingin rasanya mengusap air mata dan membelai kepalanya untuk menenangkan hatinya, sayang aku belum mampu untuk melakukannya. Aku hanya bisa pasrah dengan keadaan yang ada. Aku tidak ingin menyalahkan keadaan ini walaupun berat, buat aku semua kejadian selalu ada hikmahnya. Buatku sendiri, hidup bukan sebuah kebetulan. Walaupun bagi manusia ada istilah kebetulan seperti pertemuanku dengan Rahmaaa, tapi aku yakin Tuhan sudah menulis takdir ini jauh sebelum kami berdua lahir ke dunia.


---------------------------------------




Hari keberangkatan, Rahmaaa jadi sedikit pendiam. Dia jadi pelit kata saat chatting denganku. Dia memang masih kecewa dan terpukul. Sampai pada akhirnya kami berdua - yang memang memiliki keinginan untuk bertemu - menemukan ide gila.



"Dit, kalau aku turun di Semarang apa kita bisa bertemu?", tanya Rahmaaa padaku melalui telpon.


"Bisa aja, tapi gimana kamu berangkat ke Jakarta?", aku balik bertanya.

"Ya, beli tiket langsung. Kira-kira aku sampai sana jam berapa ya? Ada kereta ke Jakarta gak ya jam segitu?"

"Gak tau maaa. Kayanya kamu sampai jam dua-an gitu. Padahal kereta dari Semarang ke Jakarta paling malam jam 00.00"

"Kalau gitu, gimana kalau kita ketemu pas keretaku berhenti di stasiun Semarang?"

"Oke! Bentar, maaa. Biar aku liat jadwalnya dulu. Kasih tau kereta kamu apa dan gerbong berapa, kabari aku kalau sudah berangkat"


Satu jam kemudian Rahmaaa berangkat menggunakan kereta ekonomi AC Matarmaja dari stasiun Malang kota menuju Jakarta Pasar Senen. Setelah mendapat kejelasan kereta Rahmaaa, aku lalu mulai mencari info di internet tentang tempat singgah dan jam-jam singgah kereta tersebut. Teknologi memang membantu sekali, aku mendapatkan jadwalnya.


Kemudian aku mulai meminta Rahmaaa untuk memberitahu stasiun-stasiun tempat dia berhenti selama perjalanan, sambil aku mengawasi jam. Aku mengakumulasi keterlambatan keretanya dan menghitung perkiraan dia tiba di stasiun Semarang Poncol. Setelah melewati Tulungagung, aku mendapatkan keterlambatan kereta Rahmaaa sekitar satu jam lebih lima menit. Tanpa membuang waktu, aku meminta Rahmaaa memberi kabar kalau sudah tiba di stasiun Telawa. Hal ini menyebabkan Rahmaaa tak mungkin tidur sepanjang perjalanan, karena dia harus memperhatikan stasiun yang dia singgahi terus menerus. Walaupun kasihan melihatnya tidak akan tidur semalaman, tapi dia tetap memilih untuk terjaga demi pertemuan kami. Aku pun menunggunya.


-----------------------------------



Rahmaaa tiba di stasiun Telawa pukul 01.00, aku memiliki waktu sekitar satu setengah jam lagi untuk sampai ke stasiun Semarang Poncol. Tanpa basa-basi aku berangkat menuju stasiun yang cukup jauh tersebut. Aku menancap gas mobil sampai ke batas maksimal kecepatan, aku takut terlambat sampai stasiun. Sepanjang perjalanan aku berdoa agar usaha kami ini tidak sia-sia, aku berdoa agar kami benar-benar bertemu untuk pertama kalinya.


Sesampainya di stasiun, aku melihat jam telah menunjukkan pukul 02.30. Ternyata aku tiba tepat waktu, petugas pintu masuk stasiun mengatakan padaku kalau kereta Matarmaja baru akan masuk ke stasiun. Aku pun memasuki stasiun dan menyeberangi rel kereta menuju jalur 2, tempat kereta itu masuk dan berhenti nantinya. Aku melihat keretanya melaju di hadapanku, kereta itu lalu berhenti. Tanpa pikir panjang aku memberitahu Rahmaaa bahwa aku sudah ada di samping keretanya, dia pun dengan cepat memberitahu nomor gerbongnya.


Kesalahan terjadi, tempat aku menunggunya ada di gerbong depan. Rahmaaa sendiri ternyata ada di gerbong nomor 9, lebih sial lagi gerbong Rahmaaa adalah gerbong penumpang terakhir yang cukup jauh dan tentu saja tidak ada pijakan yang tinggi untuk naik maupun turun. Ngenes.


Akupun berlari sepanjang kereta itu, menuju gerbong nomor 9. Sesampainya disana aku meminta Rahmaaa keluar, benar saja aku tak bisa masuk ke gerbong karena memang tidak ada pijakan yang tinggi. Mungkin bisa saja aku melompat, tapi karena ini kereta ekonomi, di tengah-tengah pembatas gerbong pasti ada saja gerombolan orang yang duduk-duduk tidak jelas. Kampret.


Aku yang terengah-engah sehabis berlari sepanjang kereta pun menunggu sosok perempuan impianku. Sosok perempuan yang selama ini aku cintai namun belum pernah aku lihat sama sekali. Aku menunggu sambil mengkhawatirkan kereta yang bisa saja berangkat sewaktu-waktu. Aku melihat handphone ku, dan aku menunggu jawaban Rahmaaa yang tak kunjung keluar.


Grek!!!


Bunyi besi terinjak mengagetkanku yang sedang serius melihat handphone. Aku langsung melihat ke depan (atas) yang merupakan pintu keluar-masuk gerbong nomor 9. Cahaya lampu yang menyinariku tertutup oleh sosok bayangan yang tinggi. Aku memicingkan mata melihat ke arah orang yang berdiri tepat di hadapanku itu. Terlihat sesosok wanita yang mengenakan kaos lengan panjang berwarna putih. Wanita itu mengenakan celana jeans berwarna biru langit ketat. Tubuhnya ramping dan sesuai dengan tinggi badannya. Tampak dia mengenakan sepatu kets warna putih dengan garis pink di sampingnya.  Setelah melihatnya beberapa detik, Aku akhirnya menyadari, bahwa itu Rahmaaa. Wanita impianku sekarang benar-benar ada di hadapanku. Wanita yang aku cintai sekarang ada di hadapanku. Wanita yang aku inginkan sekarang ada di hadapanku.


Jantungku berhenti sesaat. Tidak kusangkan sosok Rahmaaa yang terlihat cantik di foto, ternyata jauh lebih cantik aslinya. Aku benar-benar terpesona dan terpaku beberapa detik karena kecantikannya. Aku benar-benar speechless dengan lukisan ciptaan Tuhan yang satu ini. Benar-benar indah bersinar, beda dengan perempuan cantik dan manis yang selama ini aku temui maupun aku pacari. Rahmaaa menunduk dengan senyumnya yang mengembang, dia menatapku. Menatapku dengan tatapan yang penuh kelegaan, sama sepertiku yang juga lega dapat melihatnya.


Tanpa pikir panjang, aku menyerahkan jaket yang aku bawa dari rumah untuknya. Ya, aku tau dia kedinginan di kereta dan butuh jaket, makannya aku bawakan dia jaket. Lalu, aku merogoh kantong celanaku, dan aku mengambil foto yang sudah aku siapkan. Foto ini sengaja aku bawa untuk ku berikan padanya. Aku pun mengangkat tanganku ke arahnya. Rahmaaa sedikit menunduk dan mengulurkan tangannya padaku. Kami sudah tidak peduli lagi dengan orang-orang yang ada di pembatas gerbong yang sedari tadi melihat kami berdua. Mungkin bagi mereka, ini seperti kejadian-kejadian di FTV. Kami saling bergenggaman tangan, cukup lama padahal aku hanya ingin menyerahkan foto. Kami berdua saling menggenggam tangan seolah tak ingin terlepas. Kami menarik tangan pelan-pelan seolah belum rela untuk terpisah. Entah mengapa, seperti ada rasa rindu yang mengaliri hati kami. Walaupun belum pernah bertemu, namun rasa cinta dan rindu ini tak dapat dihapuskan. Jujur, aku memang benar-benar jatuh cinta padanya, bahkan lebih dari sebelum-sebelumnya. Rasa ini benar-benar tidak mampu aku tahan lagi.


Akhirnya karena kondisi yang lumayan bising, kami jadi tidak bisa mendengar suara masing-masing. Karena kebisingan mesin kereta ini, aku pun memutuskan untuk mengatakan sesuatu pada Rahmaaa lewat bbm. Aku memberi isyarat untuk melihat bbm nya, aku memberi isyarat agar dia juga mengenakan jaket yang aku berikan. Lalu, aku menyuruhnya untuk duduk ke tempat duduknya lagi. Karena kondisi yang sangat tidak kondusif ini, aku dan dia tak mampu ada di satu pijakan yang sama. Aku tak mampu masuk ke dalam kereta, dia pun tak mampu turun dari kereta.


Rahmaaa pun duduk kembali, sedangkan aku menyebrang ke arah jalur satu untuk menunggu kereta Rahmaaa lewat, pergi meninggalkan stasiun ini. Memang masih ada rasa rindu dan penasaran yang belum terobati, tapi paling tidak aku sudah bertemu dengannya.

Kemudian, aku pun mengirimkan pesan lewat bbm padanya.

Jadi, kamu mau jadi pacarku? :D

Aku memang ingin meminta kejelasan hubungan padanya tadi, tapi karena bising dan tidak kondusif, mau tak mau aku harus mengatakannya lewat bbm. Tidak beberapa lama, Rahmaaa membalas.

Emmm... Mau gak ya?

Aku mulai takut, takut dia menolakku. Kemudian dia mengirim bbm lagi kepadaku.

Kamu lucu ya ternyata. :3
Iya, aku mau jadi pacar kamu. :3

DHUAARR!!!


Seketika jantungku seperti meledak. Rasa senang, bahagia, dan tidak percaya semuanya bercampur aduk. Rahmaaa yang selama ini aku impikan akhirnya menjadi pacarku. Konyol memang, aku menyatakan cinta dan meminta kejelasan hubungan melalui bbm. Tapi keadaan memang memaksaku untuk melakukannya, setidaknya kami sudah bertemu dan sekarang waktunya kami untuk memutuskan hubungan kami akan seperti apa.

Serius? :o

Aku masih tidak percaya, ya, aku belum yakin dengan jawaban Rahmaaa.

Ciyus, aku mau :3

Jawaban Rahmaaa membuatku bahagia dan merasa lega. Aku pun tersenyum puas dengan usaha yang telah kami lakukan. Walaupun kami hanya mampu bertatap muka selama 5 menit, tapi itu cukup membuat kami tau sama tau. Walaupun kami hanya bertatap muka selama 5 menit, tapi waktu itu cukup menyalurkan perasaan kami berdua.


Beberapa menit kemudian, kereta yang dinaiki oleh Rahmaaa pun mulai bergerak maju meninggalkan stasiun. Aku melihat gerbong nomor 9 lewat dihadapanku, terlihat Rahmaaa mengenakan jaket yang aku berikan sambil bersandar pada jendela memandangiku. Dia tersenyum sangat manis dan melambaikan tangannya padaku. Aku membalas lambaian tangannya dengan tersenyum. Aku melihat kereta itu sampai menghilang dari pandangan.


Aku pun melangkah keluar dari stasiun dengan puas dan juga sedih. Aku sedih dia pergi cukup lama, walaupun ingin tapi ini bukan saatnya menangis, karena cerita kami berdua baru saja di mulai. Ini bukan perpisahan dan akhir segalanya, ini justru cerita pembuka dari bab baru yang ada di kehidupan kami. Bab baru yang akan menceritakan tentang perjalanan cinta kami. Aku sendiri tidak tau akan sejauh apa kami melangkah bersama, setidaknya aku percaya cinta memang bisa membuat manusia merasakan kenyamanan yang tiada tara.


Aku percaya pertemuan kami memang sebuah kebetulan semata. Ya, kebetulan yang merupakan takdir dari Tuhan. Kalau ku pikir-pikir, kami berkenalan di awal hanya kebetulan, kami saling sayang juga hanya kebetulan, bahkan sekarang kami bertemu dan jadian juga merupakan kebetulan karena Rahmaaa berhenti di stasiun ini. Tapi, aku bahagia. Mungkin Tuhan memberikan radar untuk kami berdua, radar yang mampu membuat kami bertemu sejauh apa pun jarak yang harus ditempuh. Radar yang mengikat kami, yang memudahkan kami menemukan satu sama lain. Pagi ini aku telah menitipkan hatiku padanya, menitipkan  hatiku untuk dijaga agar tak disakiti.


Aku puas dengan apa yang telah terjadi pagi ini. Benar, kalau saling mencintai, keduanya akan berusaha, bukan hanya satu orang saja. Rahmaaa telah berusaha sampai dia sakit, aku pun telah berusaha untuk membelah kota dan tidak tidur semalam suntuk. Kami berdua berhasil mewujudkan keinginan kami dengan usaha bersama. Ya, cinta itu luar biasa, asalkan keduanya berusaha, pasti ada jalan keluar. Hari ini kami berdua berhasil membuktikannya di gerbong kereta nomor 9.


Hanya cinta yang bisa...



------------------------------------------



Ku bahagia, kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada, di antar milyaran manusia
Dan ku bisa, dengan radarku menemukanmu



Maudy Ayunda - Perahu Kertas

3 comments:

  1. ini yang selalu pengen gue bahas, kalau cinta itu bukan maslah sepihak saja. jadi dua-duanya harus berusaha :')

    let it flow

    ReplyDelete
  2. Karna tidak ada yang kebetulan :) semua sudah Tuhan gariskan ..
    ceritanya menyentuh :)

    ReplyDelete