Wednesday, November 20, 2013

Topeng Tawa

taken from google.com


Sore itu, aku duduk di tepi jendela. Tentu saja di kafe biasa kita berjumpa, berbicara, dan tentu saja bertukar cerita. Terpisah beberapa meja di hadapanku, ada seorang pria tua yang tampak bijak. Tentu, banyak orang berkata padaku, "jangan menilai orang dari penampilannya saja." layaknya sebuah buku. Namun, wajah pria itu memang bijak, aura dan gerak tubuhnya sangat bijak. Begitu penilaianku.

Pria itu berwajah sedikit muram, sedikit bahagia. Entah, mungkin ia memiliki masalah, mungkin juga ia mendapatkan kebahagiaan di waktu yang sama. Tampaknya, pria itu berumur pertengahan 30-an, mungkin saja lebih. Ia mengenakan polo shirt  berwarna hitam dan celana kain hitam juga. Ia sedang menuliskan sesuatu di atas sebuah kertas menggunakan bolpoinnya, aku mengamati dengan seksama. Setidaknya, itulah yang aku lihat, aku bukan pencerita yang baik, kan?

Sudah dua jam aku duduk, pria itu masih saja menulis dan kadang ia tampak gusar dengan tulisannya sendiri. Sampai akhirnya, mungkin pria itu telah menemukan tanda titik untuk tulisannya. Ia berdiri, membayar harga secangkir kopi yang menemaninya dan meninggalkan kafe itu. Tetapi, ada yang aneh. Ya, benar, sangat aneh untukku. Kertas yang sedari tadi ia gunakan untuk menulis malah ditinggalkan begitu saja di atas meja. Aku penasaran, rasa penasaran itu melebihi rasa ingin memilikimu dulu.

Friday, September 13, 2013

AndOr


Tampaknya matahari sedang marah siang itu. Langit sangat terang dan udara panas sangat menyengat. Aku sedang duduk di dalam sebuah kafe yang penuh dengan tumpukan buku-buku impor bermutu, di tepi jendela tentunya, tempat favoritku. Namun, di dalam kafe pun tetap saja panas itu mengejarku. Sampai-sampai bulir keringat menetes beberapa kali karena udara yang tidak bersahabat itu.

Di tepi jendela, aku menunggu seorang wanita datang. Wanita yang mampu membuatku lemah tentunya, wanita yang penuh kata-kata filosofis dan sangat luas pengetahuannya. Wanita itu selalu terlambat, di balik segala kecerdasannya, aku masih tidak paham kenapa ia sering sekali terlambat. Setahuku, wanita menghargai waktu dan pengingat yang baik, tetapi tidak demikian dengannya. Mungkin, itu juga alasan mengapa aku lemah dihadapannya, begitu tertarik padanya. Ia sungguh sosok yang sangat berbeda.

Aku menikmati segelas green tea latte yang sedari tadi ada di atas mejaku. Tangan kananku membawa sebuah buku yang aku kibas-kibaskan agar udara panas segera hilang dan tidak mengganggu. Sudah sekitar 30 menit aku menunggu, ia tak kunjung datang. Aku mulai menyerah, mungkin ajakanku tidak ia hiraukan. Mungkin juga, ia memiliki kekasih, karena itu aku tidak pernah ia pandang.

Wednesday, September 11, 2013

Just because...



W Hotel, Seminyak, Bali


Dalam keramaian, aku melihat seorang pria duduk sendirian di teras W hotel, Seminyak, Bali. Ia meletakan tas tepat di bawah kakinya, lalu, ia mengambil sebuah laptop dari dalam tas. Laptop itu diletakan tepat di atas pangkuannya, kemudian ia memakai sebuah headphone di kepalanya.


Sendirian, ia hanya sendiri menikmati pemandangan laut beserta senja sore itu. Sambil mendengarkan musik dan menegak sebotol bir dingin. Aku mendapat kesimpulan, cobalah mendengarkan musik yang kamu suka, duduk menatap senja, dan melihat pemandangan indah yang disajikan Tuhan untuk kita. Atau, lakukan saja apa yang kamu suka sendirian. Mungkin, dengan begitu kesendirian bukan sebuah hal yang menakutkan lagi.

Sendirian bukan berarti tidak punya siapa-siapa, terkadang manusia memang butuh menyendiri untuk ketenangan hati. Pada akhirnya, aku mulai belajar untuk berani sendiri di mana saja.


 Just because you're alone, doesn't mean that you can't enjoy your life. :)

Friday, September 6, 2013

RELIEF

Cover Relief


"Aku dan kamu adalah beda yang saling cinta. Perbedaan yang menyiksa dan akan terus merenggangkan jarak antara kita.

Mengapa ada cinta yang sangat dalam kalau pada saat yang sama kita tidak mungkin untuk menyatu? Sedangkan, senyum bahagia adalah impian dari akhir cerita.

Bagaimana tentang cinta sejati? Cinta sejati yang abadi, seperti kisah-kisah yang terpahat di dinding-dinding candi."


Di akhir bulan September ini, saya akan mempersembahkan buku ke-2 saya. Buku ke-2 saya ini berjudul #Relief dan akan segera terbit. Pada novel kali ini, saya menulis dengan teman saya yang bernama Intan W. Puspita (@iwps_).

Di novel ini, saya dan Intan akan menceritakan bagaimana realita dari cinta dua insan manusia yang 'berbeda'. Bagaimana rasa cinta yang kuat berusaha untuk bahagia walaupun 'berbeda'.

Perbedaan bukan alasan untuk tidak mencintai seseorang. Namun, 'berbeda' mungkin akan selalu menjadi tembok penghalang dari bahagia.

Apa kalian pernah merasakan cinta yang 'berbeda'? Apa pada saat memperjuangkannya kalian berhasil? Apa cinta selalu bahagia dan berujung manis? Apa cinta itu benar-benar meninggalkan jejak di hati seseorang?

Saya tunggu jawabannya dalam pahatan cerita cinta yang abadi di hati kalian.





Salam hangat,


Dion.

Friday, August 2, 2013

Sahabat Sejatiku...

Sore itu langit berwarna lembayung. Layaknya mataku yang terkena iritasi, langit juga sepertinya lelah dengan segala debu, polusi, dan harapan-harapan manusia yang menguap di udara.

Aku memandang seisi kamar yang usang, kamar seorang pria yang masih bujang. Layaknya kapal pecah, begitu banyak barang berserakan di lantai dan meja. Botol-botol berwarna hijau masih ada di sudut kamar, hasil keriaanku dengan teman-teman semalam. Buku-buku tua yang kertasnya mulai kecokelatan juga tak luput dari pandangan, mereka adalah pajangan yang selalu kulihat di dalam kamar.

Bukan masalah bagaimana busuknya kamar, namun baru saja aku mengalami kejadian tidak mengenakkan. Baru saja seorang teman yang kupikir mampu menjaga segala rahasia melakukan penghianatan teramat dalam. Segala ceritaku padanya malah disebarkan di depan orang-orang. Sakit? Lebih dari itu. Aku krisis kepercayaan.

Lalu, aku berjalan ke pembaringan. Aku merebahkan tubuh dengan posisi terlungkup dan berteriak dalam-dalam. Berteriak dan menangis dengan penuh kesedihan. Tapi, berkat ia yang selalu menemaniku, suaraku tak terdengar. Bahkan tembok-tembok kamar tak mampu mengeja segala umpatan dan tangisanku. Ia memilih diam dan tak menceritakan kata-kata yang terlontar dari mulutku sore itu. 

Benar-benar sosok yang hebat, bukan?

Thursday, August 1, 2013

Cerita di Sudut Kamar...

"Sepertinya aku lelah, lelah memelukmu." aku melenguh perlahan, sambil menghempaskan asap rokok yang ada di dalam kerongkonganku. 

Di atas kasur berwarna putih itu aku duduk bersamanya. Ia yang menemaniku tiap malam. Suasana kamar itu lengang, sunyi, hanya ada suara kami berdua. Tembok-tembok berwarna putih hanya membisu tanpa ketukan lirih. Jendela masih sunyi menampakan pemandangan malam yang hitam kelam. Lampu kuning remang-remang menggantung indah di atas kami, meja berwarna cokelat hanya terpampang dengan buku-buku puisi yang lapuk termakan waktu. Tampaknya malam itu lebih panjang dari malam-malam lainnya. Bahkan, angin malam enggan berbisik kepada dedaunan di luar sana.

"Apa yang kau butuhkan? Sedangkan aku setia menerima kedatangan dan pelukanmu, selalu." ucapnya lirih.

Tuesday, July 16, 2013

#CreativeCharity - Day 1

Selamat pagi, siang, sore, dan malam! Selamat kapan pun kalian membaca posting blog gue kali ini.

Oke, setelah lama nggak posting tentang info-info dan tips menarik, di posting kali ini gue bakal share pengalaman #CreativeCharity yang bakal diadain di 7 kota berbeda! WOW!


#CreativeCharity itu apa sih?

Aduh, ini pertanyaan udah basi banget, buat kalian yang belum paham apa itu #CreativeCharity mending baca di blog-nya @shitlicious di sini ya. Yang pasti #CreativeCharity itu kelas untuk belajar sekaligus beramal yang digawangi oleh Alitt Susanto.


Awalnya #CreativeCharity ini adalah ide dan akan dijalani oleh Alitt seorang, tapi karena dia memikirkan jauhnya tujuan serta beberapa marabahaya yang bakal ditemuin di jalan, alhasil gue diajak juga untuk nemenin dia selama touring 7 kota ini. Naik mobil berdua, berasa homo.

Yang lebih keren lagi, salah satu penerbit besar di Indonesia, Bukune, juga ikut mendukung acara #CreativeCharity ini. Bakal ada editor yang datang di tiap kota untuk nemenin kami berdua, keren!


Nah, untuk posting kali ini gue bakal melaporkan tentang #CreativeCharity hari pertama, yang tentu saja di kota Jogja. Karena tujuannya amal, kami akan menunjukkan hasil-hasil yang ada di tiap kelas secara transparan di blog. Takut kena karma, apa lagi bulan Ramadhan, kan?


Wednesday, July 10, 2013

Mata Besar & Mulut Besar (Dikutip dari "Monster")

Jaman dahulu kala, hidup dua orang miskin di pegunungan yang tandus. Yang satu kurus dan memiliki mata yang besar, yang satu lagi gemuk dan memiliki mulut yang besar. Mereka hidup bertetanggaan.

Mereka berdua hidup dalam kesusahan karena gagal panen bertahun-tahun. Makan sulit didapatkan, bahkan tanaman mereka tidak ada yang tumbuh subur di tanah pegunungan.

Suatu hari, datang seorang monster. "Mari membuat kesepakatan, mari membuat kesepakatan." Kata sang monster sambil tersenyum lebar kepada dua orang itu.


"Aku tidak ingin membuat kesepakatan dengan seorang monster!" Jawab si mata besar.


"Aku! Aku mau! Aku ingin tanahku subur dan memiliki hasil panen yang sangat banyak!" Jawab si mulut besar dengan semangat.

Dalam sekejap, monster itu mengabulkan permintaan si mulut besar. Tanahnya menjadi subur, ditumbuhi bunga-bunga yang sangat cantik dan memiliki hasil panen yang sangat banyak.

Orang bermata besar semakin lama semakin miskin, perutnya pun semakin kelaparan. Ia sungguh tersiksa.

Di sisi lainnya, hidup si mulut besar berubah drastis. Ia mampu makan dengan banyak dan bersenang-senang setiap hari tanpa ada yang bisa menghentikannya.

Orang bermulut besar itu tidak sadar, lama kelamaan bunga dan tanaman di kebunnya semakin layu. Waktu ia menyadarinya, semua sudah terlambat.

Sadar bahwa kebunnya tidak bisa ditumbuhi bunga dan tanaman lagi, orang bermulut besar itu membuka mulutnya dan menangis dengan kencang sambil memaki-maki. Ia menyesal, seharusnya tidak membuat kesepakatan dengan monster.

Orang bermata besar, perutnya kian lapar, kian lapar, dan sekarat. Ia menangis tersedu-sedu sambil memaki-maki. Seharusnya, ia mau membuat kesepakatan dengan monster itu.


"Mari membuat kesepakatan, mari membuat kesepakatan." Kata monster itu.

Green Tea Ice Blend


Taken from google



Saya suka green tea ice blend. Rasanya manis, warnanya hijau kental dan sangat dingin. Saya suka sekali dengannya.



Di kafe itu saya duduk di meja paling ujung dekat jendela. Kafe bertembok kuning gading, beratapkan kayu-kayu yang tersusun rapih dan perabotan berwarna cokelat tua yang kuno. Di kafe itu saya duduk menikmati segelas green tea ice blend kesayangan sambil menunggu seseorang.

Mata saya berkeliling mencari-cari seseorang. Saya tahu, saya tidak menemukannya. Ia belum datang.

Mata saya kembali berkeliling mencari-cari seseorang. Saya melihat kakek dan nenek duduk berhadapan. Tangan mereka saling menggenggam, yang satunya lagi menyentuh gelas di hadapannya. Wajah mereka berkerut-kerut, namun senyumnya mengembang. Bahagia mereka mampu saya rasakan.

Mata saya kembali berkeliling mencari-cari seseorang. Saya melihat pasangan muda bersama bayi di dalam kereta dorong di samping mereka. Mereka menikmati roti bakar dengan teh hangat di samping piring-piring di hadapannya. Wajah mereka masih segar tanpa kerutan, namun senyum tak mengembang. Seolah banyak pikiran.

Mata saya kembali berkeliling mencari-cari seseorang. Saya menemukan orang yang selama ini saya tunggu di meja itu, ia berjalan mendekati saya yang terpaku menatapnya. 

Ia wanita yang sangat cantik, bagi saya. Berwajah segar, berkulit kuning, dan bermata lebar. Ia memiliki bibir berwarna pink, seperti pipinya yang merona di balik kulit kuningnya. Ia menggunakan dress cantik berwarna hijau, seperti green tea ice blend di hadapan saya. Rambutnya terurai panjang bergelombang, warna hitam pekat memancar di bawah lampu remang kafe itu. Manis, saya mampu memandangnya tanpa henti-henti.

"Kita putus!" Katanya setelah berdiri di hadapan saya. Tanpa basa-basi, ia membalikkan badan dan meninggalkan saya duduk sendirian di sudut kafe itu.



Saya mencintai green tea ice blend. Rasanya manis, tak pernah meninggalkan saya. Ia tak akan pahit seperti  sikap wanita yang mulai luntur cintanya. Saya cinta sekali dengannya.

Sunday, June 16, 2013

Aku

Aku, sampai pada waktuku
Aku dan kamu adalah satu
Kita adalah satu yang saling tahu-menahu.

Aku, sampai pada waktuku
Aku yang paling tahu, apa yang kamu lakukan di belakangku.

Kamu, sampai pada waktumu
Kamu yang paling tahu, apa yang kulakukan di belakangmu.

Aku dan kamu adalah satu
Sampai akhirnya menjadi kaku dan abu-abu
Lalu, menjadi debu.

Abu-abu merupakan lambang ragu
Hitamku dan putihmu menjadi satu
Lalu, semua menjadi rancu.

Dulu, malu-malu aku pun mau bersamamu
Malu akan hitamku
Bukan malu bersama putihmu

Kita adalah satu
Namun, waktu membawa rancu yang memaku.

Bergetarku kehilanganmu,
Kita yang satu kembali ke masa itu
Masa dimana bukan kita yang satu
Masa dimana hanya ada aku dan kamu.

Cinta? Pada waktu tertentu hanya sebuah mimpi kelabu.

Saturday, June 15, 2013

Perbincangan Di Pagi Hari (feat. @WifeCoffee)

Mugkin terdengar gila, namun ini lah kenyataan tersembunyi di pagi hari. Ada beberapa yang sulit kupahami, sampai akhirnya aku menyapa kopi.

"Selamat pagi."

"Selamat pagi, selamat menikmati fajar yang berselimut gelap. Dinginnya sering membawa butir kerinduan."

"Sayang rindu tak berujung, akhirnya sakit ditelan rindu yang menggelitik."

"Sayangnya rindu tak berujung yang tak sempat disampaikan karena sudah ditinggalkan."

"Dan kau korban. Saat cinta tulus diberikan, justru pahit kau rasakan."

"Dan aku lepas bahagia yang dulu aku simpan untuk dinikmati bersama. Akhirnya menjadi duka yang kunikmati sendirian."

"Sendiri, menepi, di tepi-tepi. Jatuh cinta perkara bahagia yang menerima luka. Seharusnya sudah kau siapkan hati saat jatuh nanti."

"Aku sudah menyiapkan hati yang aku tahu akan dilukai. Maka, sekarang aku memilih sendiri ketimbang terluka lagi."

"Trauma memang keparat. Namun, cinta tak harus sekarat. Kau bisa membuka hati lagi, seorang lelaki akan menghentikan pencarianmu suatu pagi nanti."

"Bukan lagi keparat, dia sudah menjadi bangsat! Aku tak ingin suatu pagi. Aku ingin lelaki yang datang di kala senja bersayap tiba menghiasi cakrawala."

"Menurutku senja adalah sebentuk luka. Merah darah, lama-lama menghitam. Sedangkan Kartini pun berkata, 'Habis gelap terbitlah terang.' Bukannya kau seorang Kartini? Fajar lah tempatmu menanti."

"Aku tak suka fajar. Ia terlalu mempunyai peran penting tehadap dingin dan sejuknya kerinduan akan masa lalu dan luka yang menganga."

"Aku lelaki fajar. Memang ada dingin menusuk tulang. Namun sadarlah, embun pergi bersama mentari. Ada kehangatan tersembunyi di pagi hari."

"Hangat itu seperti hangatnya masa lalu yang pernah memelukku. Aku takut itu. Sedangkan siang, aku takut akan panas yang menyengat. Seperti masa lalu yang menggores luka di hatiku."

"Kau belum memelukku pagi ini dan kau belum mengerti hangatku, Kopi. Suatu hari, aku adalah secangkir kopimu di pagi hari."

"Suatu hari jika aku masih mampu menikmati hari."

-tamat-

Apa kau mengerti makna cerita ini?

Tuesday, June 4, 2013

Jatuh Cinta

Kadang, perihal cinta selalu penuh canda.
Pernah kau bayangkan betapa bodohnya cinta pada pandangan pertama? Hahaha....

Mugkin mitos belaka.

Namun, salahkah aku ketika harus jatuh cinta?
Untuk yang pertama dalam hidup pada pandangan pertama.
Kurasa ego-ku berkata, "tidak".

Setidaknya, aku sadar inilah cinta.
Cinta manusia yang diawali tatap mata.
Sehingga dapat kurangkai dalam kata-kata.

Bagai kenangan dan bunga-bunga kecil.
Kini diriku sadar, pandanganku menyempit pada sosokmu yang membesar dalam rasa.

Aku pasrah saat lututku mencium lantai.
Demi kau yang menari dalam pikiranku.
Sekejap saja, hanya satu tatapan.

Aku jatuh cinta....

Tuesday, May 21, 2013

#KafeCinta

Selamat malam...

Akhirnya ada niatan untuk nulis lagi di blog ini selain tentang puisi ataupun cerpen. Oke, malam ini gue pingin ngomongin buku perdana gue yang sudah terbit selama satu bulan ini. YAP! Buku itu berjudul #KafeCinta

*tepuk tangan*

Di antara begitu banyak penulis baru, gue bangga bisa nulis dan akhirnya buku ini terbit juga. Setidaknya ini hasil jerih payah gue setelah sempat gagal dan hampir menyerah saat menulis dulu. Beberapa orang yang sudah beli buku gue pasti tahu gimana kegagalan dan usaha gue nulis buku ini, sedangkan yang belum beli pasti nggak tahu gimana sulitnya menjadi seorang penulis dan menghasilkan karya. Semua gue jelasin secara singkat di kata pengantar buku #KafeCinta ini.

Mulai dari pre-order sampai akhirnya buku ini ada di Gramedia dan Toko buku Gunung Agung, gue merasa bangga karena beberapa orang puas telah membacanya. Selain itu, ada juga beberapa kritik yang tentu saja harus gue terima. Kritik dan pujian adalah motivasi gue dalam menjalani profesi baru gue ini, sangat menyenangkan karena begitu besar perhatian orang lain atas karya yang telah kita hasilkan.

Dan gue disini bermaksud berterimakasih sebesar-besarnya pada semua orang yang sudah membeli buku #KafeCinta, tanpa kalian karya gue enggak berarti apa-apa. Semoga kita bisa berjumpa di kota-kota kalian suatu hari nanti, aamiin.

Btw, gue sekarang lagi proses nulis 2 buku baru nih, tunggu akhir tahun ini ya!
Buat yang belum beli buku gue, jangan lupa di beli ya! Buruan dateng ke toko buku dan cari buku warna pink yang kece ini!


#KafeCinta


PS: selain proyek 2 buku baru, gue juga lagi ada pembicaraan serius tentang buku #KafeCinta. Tunggu tanggal mainnya! :p



Salam #titikduabintang



@catatansiDoy

Wednesday, May 15, 2013

Segala Tentangmu (feat. @iwps_)

Ada hati yang kini mulai retak.
Ingin mengungkapkan, namun kepada siapa?
Bukankah memang ia tak pernah nyata?
Sang terkasih yang hanya bisa kumiliki sebagian saja.
Bahkan ia tak pernah menganggapku ada.

Hanya kepada rasa iba aku bertaruh demi serpihan hati yang telah berserakan.
Kepada kamu, yang menjadikan derita kian terasa.
Kepada kamu, pujaan hati yang pantas untuk dinanti.
Ini aku yang telah menjadi budakmu.

Kau tahu?
Mengejarmu tak semudah menyayat nadi ini hingga ada luka.
Namun, kehilanganmu jauh lebih pedih.
Bantulah aku sedikit saja.

Aku sadar hati ini hanya setengah dalam raga dan kamu pemilik sebagian lagi.
Dan jantungku adalah pusat segala tentangmu.
Memompa namamu dan perasaan dalam tiap nadiku.

:')

Soundcloud

Thursday, May 2, 2013

Perempuan Dalam Mimpi [Episode 2]

(Lanjutan dari episode-1)

"Kamu mengenalku?"

"Tidak."

"Tapi, sepertinya aku mengenalmu. Bahkan sebelum kita bertemu di kafe ini kemarin."

"Mungkin kamu salah orang. Maaf, aku harus pergi."

Sama seperti kemarin, wanita itu langsung beranjak pergi dari kursinya.

Wanita yang sama, tempat yang sama dan penolakkan yang sama. Dejavu, mungkin itu kata yang tepat.

Belum selesai aku merenung dalam lamunan tanpa ujung, kudengar suara rem berdecit sangat keras. Suara itu membuatku terkejut dan lamunanku buyar seketika.

Aku menolehkan kepala ke arah jalan raya yang tampak seperti lautan manusia. Mereka berbondong-bondong menghampiri sesosok tubuh yang tergeletak di tengah jalan.

Kulihat darah segar di sekitar bajunya, sepertinya seorang wanita baru saja tertabrak mobil.

Tunggu, sepertinya aku mengenalnya. Itu... itu wanita yang tadi aku ajak bicara. Ya, wanita yang ada di dalam mimpiku.

Tanpa pikir panjang, aku segera berlari menghampiri kerumunan itu. Membelah lautan manusia yang tercengang melihat kondisi sang wanita.

Aku berhenti tepat di samping mayatnya, ingin muntah, namun aku menahan sekuat tenaga. Wanita itu tewas di tempat dengan tubuh penuh darah dan beberapa tulang patah. Sangat mengerikan.

Baru saja aku membalikkan badan untuk berjalan kembali menuju kafe, tiba-tiba aku merasakan cengkraman di kaki kananku. Seseorang mencengkramnya dengan kuat, sangat kuat sampai aku tak mampu menggerakannya ke depan.

Kuputar pandanganku, melihat ke belakang. Berusaha menghardik orang yang mengganggu langkahku. Namun, aku terpaku. Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang kulihat. Mataku terbelalak lebar, tubuhku bergetar, seketika keringat dingin mengucur di keningku. Wanita yang tertabrak - dan seharusnya sudah tewas di tempat - itu memandangku dengan mata merah beserta wajah penuh darah, tangannya menggenggam kaki kananku dengan sangat kuat. Padahal, lengannya bengkok akibat tulang yang patah. Dengan posisi terkapar, dia seperti bangkit dari kematiannya.

"GARA-GARA KAMU!" Pekiknya dengan suara yang serak dan berat. Tampak wajah penuh amarah dan penuh darah.

"KAMU!!! GARA-GARA KAMU!!!" Ulangnya dengan suara yang lebih keras dan membuatku merinding.

"Tidak! Bukan aku! TIDAK!!!" Aku berteriak sangat kencang karena ketakutan. Sampai akhirnya aku terbangun dari tidurku. Aku terduduk di atas kasurku dan meyadari semua hanya sebuah mimpi.

Aku memandang kamarku yang gelap, melihat ke arah jam di meja kecil yang terletak di samping kasurku. Masih pukul 03.47. Aku menghembuskan napasku perlahan, mengatur iramanya. Keringatku bercucuran, tubuhku terasa sangat lelah.

"Dia lagi, wanita itu muncul lagi dalam mimpiku. Namun, kali ini sangat menyeramkan." Gumamku.

(bersambung ke episode 3)

Sunday, April 28, 2013

Alasan di Balik "Kamu"

Sudah lama aku tak melihat kamu di antara lini masaku. Sudah begitu lama kita tak saling merangsang kata demi kata indah. Aku merah dan kamu biru. Kita berdua sempat bersatu.

Aku pecandu kata, namun aku lebih memilih menjadi pemujamu. Kita berdua menghiasi segala imaji dengan kata-kata. Hallo Biru, lama kita tak saling menyapa satu sama lain, aku rindu. Kamu suka biru, aku memang cinta kamu. Aku ini merah, tidak pernah pasrah.

Lalu, segala khayalanku kembali pada bulan kata yang pernah kita ucapkan itu...

"Dingin, aku butuh pelukkan."

Tiba-tiba sebuah permohonan tanpa tujuan kamu utarakan. Seolah dirimu mencari-cari orang yang mampu menjagamu.

"Bagaimana dengan pelukanku?"

"Kamu jauh, aku ingin dipeluk tiap hari. Dekatkan jarak, maka tugasmu adalah memelukku dengan erat."

"Jangankan mendekatkan jarak, bersamamu selamanya pun aku rela."

"Jangan pernah menyusun kata dan menggunakannya hanya untuk hiburan semata!"

"Bukannya itu tugasku? Tugasku untuk menghibur hatimu setiap waktu?"

"Tugasmu itu menjaga hatiku, bukan menghibur hatiku!"

"Baik, aku mengaku. Memang aku yang diutus-Nya untuk menjaga, menghibur, dan memiliki hatimu."

"Kata-katamu itu sungguh indah."

"Bukan kata-kataku yang indah, tapi kamu."

"Lalu, kalau semua kata ini terkumpul menjadi satu, kita bisa jadi apa?"

"Jadi...an, mungkin."

"Mungkin? Itu kata-kata penuh ragu. Atau kamu hanya ingin memberi harapan palsu?"

"Tidak, aku bukan pemberi harapan palsu. Hanya takut kamu tak membuka hati untuk perasaanku dan tidak membuka telinga untuk mendengar kata cintaku."

"Buka hati dan telinga boleh, asal tidak buka yang lainnya. Namun, bukannya hatimu sudah ada pemiliknya?"

"Jangan melantur, kamu suka biru, biarkan aku cinta kamu."

"Bukankah kamu suka merah? Lalu, apa aku harus pasrah?!"

"Kamu tidak harus pasrah, karena merahku itu pantang menyerah. Maka, aku berjuang untuk birumu agar cinta aku."

"Lalu, apa yang kamu takutkan?"

"Katanya pria sepertiku tidak takut rambutan, hanya takut sebuah ikatan."

"Kalau pria takut ikatan yang bernama komitmen, itu namanya bukan pria sejati."

"Aku belum selesai berkata-kata... aku bukan pria seperti itu, karena aku dan kamu adalah kita yang tertunda."

"Rayuanmu tak semanis rambutanku."

"Aku tidak bermaksud merayu, aku bermaksud jujur padamu."

"Kelak kopi soreku adalah bersamamu."

"Dan kelak pelukanku ada pada hari-harimu."

Dan kita pun saling bertukar kata, sangat dekat dan banyak di lini masa itu. Tanpa perlu menunjukkan untuk siapa kita berbicara, kita saling paham dan menjawab.

Terimakasih biru, kamu telah membantu merangsang kata-kata indahku. Kamu memiliki berbagai cara untuk memancingku, terimakasih dan aku rindu.

Pecinta kata, @catatansiDoy

Thursday, April 25, 2013

Bukan Itu... Kawan, Dengarkan Aku...

Sebenarnya tak mengapa jika kau berdiam diri, sungguh aku tak memikirkannya. Namun, ada sedikit rasa gundah kurasakan.

Bukannya aku memikirkanmu berlebihan, hanya diam kita tak pernah menjelaskan apa-apa. Saat ini aku kebingungan dalam sepi, sejujurnya aku ingin berkata lebih.

Ada rasa yang tidak biasa mengetuk hati, bukan untuk memiliki, hanya saja aku perlu kau sedikit mengerti. Aku tidak pernah menginginkanmu berubah, setidaknya tidak diam seperti ini.

Bukan aku berusaha mendekatimu, aku hanya berusaha baik dan ramah pada tiap manusia. Bukan berusaha memahamimu, aku hanya ingin kita saling mengenal. Setidaknya, kau harus tahu itu.

Mungkin membingungkan, namun seolah bumi ini memusuhiku. Mereka memandang sinis padaku, seolah aku sang penggoda dan kau lah korbannya.

Kawan, dengarkan aku, aku tidak bermaksud demikian. Aku bukan orang yang seperti apa yang kau pikirkan. Bagiku, kita hanya teman dan itu lebih dari sekedar apa yang telah kuharapkan.

Pada akhirnya, aku hanya ingin kau menjadi pendengar dari segala lelahku pada kehidupan. Aku hanya ingin kita saling bertukar pikiran, bukan perasaan.

Semoga kamulah yang mampu memahamiku sampai akhir nanti.

Sunday, March 24, 2013

Pre-Order #KafeCinta

Okay, akhirnya buku gue yang berjudul #KafeCinta siap terbit juga.

Kebetulan memang buku ini bisa di order via online. Karena rencananya buku #KafeCinta baru masuk toko buku sekitar awal april.

Mungkin ada beberapa orang yang bertanya dalam hatinya. Maka, gue tulis ini untuk menjawab semua keraguan.

Apa sih keuntungan beli buku #KafeCinta ini?

Buku #KafeCinta ini adalah buku yang unik. Sebuah buku dengab kisah tentang bermacam-macam masalah cinta yang dipadu menjadi satu. Gue memakai latar belakang sebuah kafe, satu hari (sabtu), namun dengan berbagai kisah tiap orang yang ada dalam kafe itu.

Gimana gue memadukan satu hari, satu tempat, dengan banyak tokoh di dalamnya? Silahkan baca sendiri.

Apa sih keuntungan beli buku #KafeCinta secara online:

Kalau kalian beli buku ini online, kamu bisa mendapat diskon yang lumayan. Harga asli buku ini Rp 40.000,- namun dengan membeli secara online, kalian cukup membayar Rp 34.000,- saja. Selain itu, dengan membeli buku secara online kalian akan mendapatkan tanda tangan penulis di buku itu, murah & asik 'kan? ^^

Selain itu, apa keuntungan membeli buku #KafeCinta ini?

Keuntungan paling besarnya adalah makna cerita yang terkandung di dalamnya, bisa menjadi sebuah pelajaran. Satu lagi, kalian bisa lihat muka asli gue. Karena di dalam buku itu ada foto gue, hahahahaha...

So, tunggu apa lagi? Buruan order online! Cuma ada 200 buku loh di toko online!

Silahkan pesan dengan mention @bukabuku @buku_plus @pengenbuku dan @bukukita, atau langsung saja klik disini untuk pemesanan online.

Salam, #titikduabintang

Wednesday, March 13, 2013

Namanya Juga Teman

"Kamu kenapa jadi diem gitu?"

"Aku patah hati, sakit banget!!!"

"Eh, enggak kenapa-kenapa kok. By the way, selamat ya kamu udah jadian. Semoga langgeng!"

#KemudianHening #HeningSekali

Monday, March 11, 2013

Buku... Buku... Buku!!!

Hallo semua!!!

Ya ampun, enggak terasa sudah berpuluh-puluh tahun gue lupa password blog ini. Akhirnya setelah bertapa cukup lama, gue bisa buka blog ini lagi.


Oke, sebagian besar dari kalian pasti sudah tahu dari twitter, sebagian lagi mungkin sok enggak tahu, dan sisanya bener-bener bego karena enggak tahu. Iya, gue nulis buku dan berntar lagi TERBIT!!!


IYA BUKU GUE KELAR DAN BENTAR LAGI TERBIT
(diulang biar dramatis)


Oke, sedikit bakal gue bahas tentang buku ini. Sebenarnya gue enggak nulis tentang komedi atau misteri, ya, gue nulis buku romance... full romance. Cerita ini fiksi, tapi ada beberapa yang bumbu curhat pastinya. Karena menulis juga kadang diinspirasi oleh pengalaman pribadi, maupun pengalaman orang lain, kan?

Buku gue sendiri berjudul #KafeCinta dan akan di terbitkan oleh @wahyumedia. Buku gue termasuk dalam kategori TeenFict (Fiksi Remaja), jadi jelas kalau kalian semua bisa menikmatinya. Entah masih muda, tua, pria, maupun wanita, semuanya bisa membaca buku ini.


Gue sadar kalau nulis itu susah, bahkan lebih susah ketimbang nulis skripsi yang notabene sudah gue selesaikan tahun kemarin. Nulis buku ini benar-benar sekuat tenaga, dari yang namanya enggak kenal dead line, sampai akhirnya dikejar-kejar oleh dead line. Sempat stress, tapi atas masukan dan sharing dengan beberapa teman, akhirnya semua masalah penulisan bisa terselesaikan.



Buku #KafeCinta ini bakal menceritakan berbagai konflik dalam percintaan, dari mulai cinta terlarang, beda usia, sejenis, pengkhianatan, sampai pada pengorbanan sejati. Semua gue rangkum dalam satu buku ini. Buku ini cuma memuat kegiatan dalam satu hari serta satu setting kafe yang sering gue tongkrongin di Jogja. Penasaran gimana isinya? Penasaran gimana gue bisa bikin semua adegan dalam satu hari dan satu setting? Tungguin akhir bulan ini pre-order nya ya!



Kalau kalian penasaran sama muka gue, kalian wajib beli, karena bakal ada foto gue di buku ini, makasih semua! :*
Dan ini penampakan buku gue yang cute abis itu:

Keren kan? #KafeCinta


#KafeCinta, karena cinta seperti kafe, ada yang datang, ada yang pergi, dan ada yang ingin kembali...

Tuesday, February 12, 2013

Mata Cinta

Terdiam ku memandang semburat senja
Memandang indahnya mentari yang tenggelam
Terlintas sepasang mata
Sepasang mata yang penuh indahnya cinta

Teringat ku pada sebuah ATM di sudut kota
Ku berjumpa dengan engkau yang patah arang karena cinta
Kita saling berpandangan mata
Hatiku bergetar dengan nyata

Terlintas keinginanku memilikimu awalnya
Lama kelamaan perasaanku terikat cinta dan bukan hanya sebuah obsesi saja

Kau datang pada saat yang tepat
Kau datang dengan sepasang mata cinta

Thursday, January 17, 2013

Leo & Bunga Melati


Sembari kuketik surat ini, masih terbayang wajahmu yang meneduhkan hati. Aku masih sama seperti hari-hari lainnya, menggunakan jemariku untuk menuliskan sebuah imaji.

Aku tahu diriku bukan siapa-siapa. Kadang aku merasa kecil di hadapanmu, bukan, bukan dunia nyata, sekedar pertemuan kita di dunia maya.

Berawal dari follow back-mu di twitter yang ku tunggu-tunggu, berlanjut pada DM kita yang spontanitas terjadi. Mungkin bukan terjadi begitu saja, hanya sebuah "ketidak sengajaan" yang aku buat-buat saja.

Kamu adalah sesosok wanita cantik berbintang leo. Selama ini aku sering melihat ramalan zodiak. Kupikir kita ini jodoh, libra dan leo pasangan yang sempurna, katanya.

Tapi, apa yang bisa aku lakukan untuk menyempurnakan kamu? Apa yang kamu butuhkan dari sesosok aku? Kamu sendiri sudah luar biasa tanpa perlu menyianyiakan waktu tentang cinta. Pesimis? mungkin saja.

Lini masa bernama twitter memberi julukan untukmu, julukan yang membuat lelaki lain getir mendekatimu. Apa lagi kalau bukan "ahlinya pemberi harapan palsu". Entah karena terbiasa mendengar julukan itu, aku justru merasa biasa saja. Tak mempengaruhi kekagumanku dan tak membuatku takut untuk kenal kamu.

Sifatmu yang mandiri, kuat, tak kenal lelah, namun tetap memancarkan aura keindahan dan keanggunan wanita. Ya, tepat sekali, kamu mirip bunga melati. Sesosok yang tegar, dewasa & mewangi untuk orang-orang disekitar.

Apa salah bila surat ini kukirim atas kekagumanku padamu? Mungkin saja buatmu salah, mungkin juga kamu abaikan. Bahkan, mungkin saja tak akan pernah terbaca dan mempengaruhi hatimu. Tapi, buatku sendiri surat ini menunjukkan bagaimana beraninya aku dengan ribuan reaksi serta resiko yang akan terjadi suatu saat nanti.

Bagiku, sosokmu sangat kukagumi, lebih dari itu aku sangat ingin mengenalmu lebih jauh lagi. Mungkinkah suatu hari nanti kita bisa bertemu untuk mengenal lebih dalam? Iya, hanya berdua saja di sebuah meja makan malam dengan cahaya lilin remang-remang.
See you next time.

Teruntukmu, Leonimelati.

Wednesday, January 16, 2013

Awalnya Aku Benci

Aku benci kamu, selalu saja ada yang menderita disebabkan kekuatanmu.

Aku benci kamu, selalu saja meneteskan air mata bagi orang yang tak mampu meredam amukanmu.

Kekuatan, amukanmu telah melukai banyak orang. Kenapa kamu ada?

Namun, suatu ketika aku berjalan di lahan kering penuh bebatuan. Kering kerontang dan gersang. Ranting-ranting berjatuhan tanpa ada dedaunan.

Orang-orang berkeluh kesah, melihat hamparan tanah tiada kehidupan. Padi-padi tertunduk lesu kecoklatan, layu tanpa kekuatan.

Mereka menangis, menanti sebuah keajaiban. Keajaiban darimu yang sangat ingin kumusnahkan.

Di waktu lainnya aku disakiti orang terkasih. Mataku pedih, ingin rasanya menangis meresapi rasa patah hati yang kurasakan. Gengsi ini melawan, tak ingin di hadapan orang itu aku terlihat lemah.

Namun, emosiku terlalu berkuasa, air mata tak dapat kutahan lebih lama lagi.

Tunggu,
Saat aku hampir meledakkan tangisan, tiba-tiba kau datang. Melindungiku dengan kekuatanmu yang luar biasa, memelukku dari rasa pedih yang tak tertahankan.

Kau datang untuk melindungi ego dan gengsiku yang tak ingin terluka. Kau datang menemani tiap bulir air mata yang jatuh ke bumi.

Karenamu, tangisanku terlihat samar. Karenamu aku tak kesepian. Karenamu air mata ini ikut larut dan terhapuskan.

Awalnya aku membencimu, lama-lama aku mencintai dan mulai menikmati hadirmu. Aku menulis surat ini sesambil meneguk cokelat hangat dan menghisap sebatang rokok di teras rumahku.

Seharian ini aku terus memandangimu, hujanku sayang.

Monday, January 14, 2013

Beda... #kemudianhening


Dear you,


Malam ini hujan rintik menemaniku, menemani untuk sebuah sajak tanpamu. Dingin menusuk kulit hingga jemariku membeku. Tunggu, tak lama kemudian aku sadar, jemariku beku karena menemukan sosokmu di batas imajinasiku. Terlewat begitu saja, membuatku terdiam dan kehabisan kata.

Teringat saat aku terpukau sosokmu kala itu, teringat saat aku terpukau sosokmu yang tampak sangat dewasa itu. Baju kantoran, mobil pribadi, rambut terurai berombak, dan tentu senyummu yang menggelitik isi hatiku. Aku mulai banyak memikirkan kamu, banyak kekaguman yang kusimpan dengan kemandirianmu.

Sosokmu menyadarkan aku, menyadarkan pria yang memiliki ego tinggi sepertiku. Dimana mataku selalu memandang tiap wanita mudah terluka, dimana wanita adalah sosok manja. Kamu memabuatku sedikit takut, takut melukai egoku ini. Kamu yang membuatku was-was, was-was karena dirimu tak mudah didekati.

Beberapa orang mengatakan padaku, beberapa lainnya membicarakanmu dengan jelas di lini masa. Mereka memberi julukan "pemberi harapan palsu". Dimana semua rasa untukmu terabaikan, dimana semua harapan padamu berubah menjadi sakit yang menusuk hati para lelaki itu. 

Julukan yang nyata aku baca, aku dengar, namun aku buang jauh-jauh dari otakku. Buatku, bagaimanapun citramu di mata orang, kamu adalah orang yang mampu membuat jantung ini berdetak tidak karuan. Kamu yang mampu membuat nadiku berdenyut keras dan nafasku terhenti saat memandang senyumanmu itu.

Terdengar konyol mungkin, apalah arti semua pemikiran mereka padamu. Apalah arti pandangan orang dengan kehidupanmu. Aku tahu rasa itu tak mampu dipaksakan, mungkin juga mereka yang terlalu ke-GR-an. Yang aku tahu, kamu adalah sosok yang menyempurnakan hari-hariku di Pulau itu.

Namamu, menghiasi pikiranku. Namamu tiba-tiba terukir indah di hatiku. Dita? Nama yang bagus. Sayang kita ini terlalu sulit bersatu. Aku mulai berpikir, apa tasbihku dapat melingkari salibmu? Apa sajadahku bisa ditempatkan di atas altarmu? Beda, cinta ini beda. Aku memang terpukau sosokmu, sayang cinta ini tak nyata. Bagai pungguk merindukan bulan, sosokmu nyata, namun tak dapat kugenggam.

Surat ini hanya sebuah ukiran kata untukmu yang telah memilih pria lain di hatimu, yang lebih pantas dan sejalan denganmu. Mungkin saat kamu baca nanti, aku telah pergi dari pulau Dewatamu yang seindah senyumanmu itu.



Teruntukmu "teman" ku, @cathadita

Thursday, January 10, 2013

Kamu





Indah saat kita belum berjumpa dan saat pertama berjumpa.
Kau genggam lenganku, membelai bahuku.
Sekarang semua sirna.

Memangnya kau masih selembut itu?
Apa bagimu, kau saja yang terluka?
Aku ini apa di matamu?

Kau maki aku karena satu kesalahan bodoh yang terjadi.
Kemudian, semua rasamu hilang seiring kebahagiaan yang pernah ada.
Lalu, semua kata dariku tak lagi kau hiraukan.
Tak manis seperti dulu, tak peduli seperti waktu itu.
Sekarang kita hanya berdiam diri.

Belaianmu, genggaman tanganmu, pelukanmu.
Semua sudah hilang untukku.
Jadi, sebaiknya kau miliki saja dia yang mengerti segalanya untukmu.