taken from google.com |
Wednesday, November 20, 2013
Topeng Tawa
Friday, September 13, 2013
AndOr
Wednesday, September 11, 2013
Just because...
W Hotel, Seminyak, Bali |
Sendirian bukan berarti tidak punya siapa-siapa, terkadang manusia memang butuh menyendiri untuk ketenangan hati. Pada akhirnya, aku mulai belajar untuk berani sendiri di mana saja.
Friday, September 6, 2013
RELIEF
Cover Relief |
Friday, August 2, 2013
Sahabat Sejatiku...
Thursday, August 1, 2013
Cerita di Sudut Kamar...
Tuesday, July 16, 2013
#CreativeCharity - Day 1
Yang lebih keren lagi, salah satu penerbit besar di Indonesia, Bukune, juga ikut mendukung acara #CreativeCharity ini. Bakal ada editor yang datang di tiap kota untuk nemenin kami berdua, keren!
Wednesday, July 10, 2013
Mata Besar & Mulut Besar (Dikutip dari "Monster")
Green Tea Ice Blend
Taken from google |
Sunday, June 16, 2013
Aku
Aku, sampai pada waktuku
Aku dan kamu adalah satu
Kita adalah satu yang saling tahu-menahu.
Aku, sampai pada waktuku
Aku yang paling tahu, apa yang kamu lakukan di belakangku.
Kamu, sampai pada waktumu
Kamu yang paling tahu, apa yang kulakukan di belakangmu.
Aku dan kamu adalah satu
Sampai akhirnya menjadi kaku dan abu-abu
Lalu, menjadi debu.
Abu-abu merupakan lambang ragu
Hitamku dan putihmu menjadi satu
Lalu, semua menjadi rancu.
Dulu, malu-malu aku pun mau bersamamu
Malu akan hitamku
Bukan malu bersama putihmu
Kita adalah satu
Namun, waktu membawa rancu yang memaku.
Bergetarku kehilanganmu,
Kita yang satu kembali ke masa itu
Masa dimana bukan kita yang satu
Masa dimana hanya ada aku dan kamu.
Cinta? Pada waktu tertentu hanya sebuah mimpi kelabu.
Saturday, June 15, 2013
Perbincangan Di Pagi Hari (feat. @WifeCoffee)
Mugkin terdengar gila, namun ini lah kenyataan tersembunyi di pagi hari. Ada beberapa yang sulit kupahami, sampai akhirnya aku menyapa kopi.
"Selamat pagi."
"Selamat pagi, selamat menikmati fajar yang berselimut gelap. Dinginnya sering membawa butir kerinduan."
"Sayang rindu tak berujung, akhirnya sakit ditelan rindu yang menggelitik."
"Sayangnya rindu tak berujung yang tak sempat disampaikan karena sudah ditinggalkan."
"Dan kau korban. Saat cinta tulus diberikan, justru pahit kau rasakan."
"Dan aku lepas bahagia yang dulu aku simpan untuk dinikmati bersama. Akhirnya menjadi duka yang kunikmati sendirian."
"Sendiri, menepi, di tepi-tepi. Jatuh cinta perkara bahagia yang menerima luka. Seharusnya sudah kau siapkan hati saat jatuh nanti."
"Aku sudah menyiapkan hati yang aku tahu akan dilukai. Maka, sekarang aku memilih sendiri ketimbang terluka lagi."
"Trauma memang keparat. Namun, cinta tak harus sekarat. Kau bisa membuka hati lagi, seorang lelaki akan menghentikan pencarianmu suatu pagi nanti."
"Bukan lagi keparat, dia sudah menjadi bangsat! Aku tak ingin suatu pagi. Aku ingin lelaki yang datang di kala senja bersayap tiba menghiasi cakrawala."
"Menurutku senja adalah sebentuk luka. Merah darah, lama-lama menghitam. Sedangkan Kartini pun berkata, 'Habis gelap terbitlah terang.' Bukannya kau seorang Kartini? Fajar lah tempatmu menanti."
"Aku tak suka fajar. Ia terlalu mempunyai peran penting tehadap dingin dan sejuknya kerinduan akan masa lalu dan luka yang menganga."
"Aku lelaki fajar. Memang ada dingin menusuk tulang. Namun sadarlah, embun pergi bersama mentari. Ada kehangatan tersembunyi di pagi hari."
"Hangat itu seperti hangatnya masa lalu yang pernah memelukku. Aku takut itu. Sedangkan siang, aku takut akan panas yang menyengat. Seperti masa lalu yang menggores luka di hatiku."
"Kau belum memelukku pagi ini dan kau belum mengerti hangatku, Kopi. Suatu hari, aku adalah secangkir kopimu di pagi hari."
"Suatu hari jika aku masih mampu menikmati hari."
-tamat-
Apa kau mengerti makna cerita ini?
Tuesday, June 4, 2013
Jatuh Cinta
Kadang, perihal cinta selalu penuh canda.
Pernah kau bayangkan betapa bodohnya cinta pada pandangan pertama? Hahaha....
Mugkin mitos belaka.
Namun, salahkah aku ketika harus jatuh cinta?
Untuk yang pertama dalam hidup pada pandangan pertama.
Kurasa ego-ku berkata, "tidak".
Setidaknya, aku sadar inilah cinta.
Cinta manusia yang diawali tatap mata.
Sehingga dapat kurangkai dalam kata-kata.
Bagai kenangan dan bunga-bunga kecil.
Kini diriku sadar, pandanganku menyempit pada sosokmu yang membesar dalam rasa.
Aku pasrah saat lututku mencium lantai.
Demi kau yang menari dalam pikiranku.
Sekejap saja, hanya satu tatapan.
Aku jatuh cinta....
Tuesday, May 21, 2013
#KafeCinta
#KafeCinta |
Wednesday, May 15, 2013
Segala Tentangmu (feat. @iwps_)
Ada hati yang kini mulai retak.
Ingin mengungkapkan, namun kepada siapa?
Bukankah memang ia tak pernah nyata?
Sang terkasih yang hanya bisa kumiliki sebagian saja.
Bahkan ia tak pernah menganggapku ada.
Hanya kepada rasa iba aku bertaruh demi serpihan hati yang telah berserakan.
Kepada kamu, yang menjadikan derita kian terasa.
Kepada kamu, pujaan hati yang pantas untuk dinanti.
Ini aku yang telah menjadi budakmu.
Kau tahu?
Mengejarmu tak semudah menyayat nadi ini hingga ada luka.
Namun, kehilanganmu jauh lebih pedih.
Bantulah aku sedikit saja.
Aku sadar hati ini hanya setengah dalam raga dan kamu pemilik sebagian lagi.
Dan jantungku adalah pusat segala tentangmu.
Memompa namamu dan perasaan dalam tiap nadiku.
:')
Thursday, May 2, 2013
Perempuan Dalam Mimpi [Episode 2]
(Lanjutan dari episode-1)
"Kamu mengenalku?"
"Tidak."
"Tapi, sepertinya aku mengenalmu. Bahkan sebelum kita bertemu di kafe ini kemarin."
"Mungkin kamu salah orang. Maaf, aku harus pergi."
Sama seperti kemarin, wanita itu langsung beranjak pergi dari kursinya.
Wanita yang sama, tempat yang sama dan penolakkan yang sama. Dejavu, mungkin itu kata yang tepat.
Belum selesai aku merenung dalam lamunan tanpa ujung, kudengar suara rem berdecit sangat keras. Suara itu membuatku terkejut dan lamunanku buyar seketika.
Aku menolehkan kepala ke arah jalan raya yang tampak seperti lautan manusia. Mereka berbondong-bondong menghampiri sesosok tubuh yang tergeletak di tengah jalan.
Kulihat darah segar di sekitar bajunya, sepertinya seorang wanita baru saja tertabrak mobil.
Tunggu, sepertinya aku mengenalnya. Itu... itu wanita yang tadi aku ajak bicara. Ya, wanita yang ada di dalam mimpiku.
Tanpa pikir panjang, aku segera berlari menghampiri kerumunan itu. Membelah lautan manusia yang tercengang melihat kondisi sang wanita.
Aku berhenti tepat di samping mayatnya, ingin muntah, namun aku menahan sekuat tenaga. Wanita itu tewas di tempat dengan tubuh penuh darah dan beberapa tulang patah. Sangat mengerikan.
Baru saja aku membalikkan badan untuk berjalan kembali menuju kafe, tiba-tiba aku merasakan cengkraman di kaki kananku. Seseorang mencengkramnya dengan kuat, sangat kuat sampai aku tak mampu menggerakannya ke depan.
Kuputar pandanganku, melihat ke belakang. Berusaha menghardik orang yang mengganggu langkahku. Namun, aku terpaku. Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang kulihat. Mataku terbelalak lebar, tubuhku bergetar, seketika keringat dingin mengucur di keningku. Wanita yang tertabrak - dan seharusnya sudah tewas di tempat - itu memandangku dengan mata merah beserta wajah penuh darah, tangannya menggenggam kaki kananku dengan sangat kuat. Padahal, lengannya bengkok akibat tulang yang patah. Dengan posisi terkapar, dia seperti bangkit dari kematiannya.
"GARA-GARA KAMU!" Pekiknya dengan suara yang serak dan berat. Tampak wajah penuh amarah dan penuh darah.
"KAMU!!! GARA-GARA KAMU!!!" Ulangnya dengan suara yang lebih keras dan membuatku merinding.
"Tidak! Bukan aku! TIDAK!!!" Aku berteriak sangat kencang karena ketakutan. Sampai akhirnya aku terbangun dari tidurku. Aku terduduk di atas kasurku dan meyadari semua hanya sebuah mimpi.
Aku memandang kamarku yang gelap, melihat ke arah jam di meja kecil yang terletak di samping kasurku. Masih pukul 03.47. Aku menghembuskan napasku perlahan, mengatur iramanya. Keringatku bercucuran, tubuhku terasa sangat lelah.
"Dia lagi, wanita itu muncul lagi dalam mimpiku. Namun, kali ini sangat menyeramkan." Gumamku.
(bersambung ke episode 3)
Sunday, April 28, 2013
Alasan di Balik "Kamu"
Sudah lama aku tak melihat kamu di antara lini masaku. Sudah begitu lama kita tak saling merangsang kata demi kata indah. Aku merah dan kamu biru. Kita berdua sempat bersatu.
Aku pecandu kata, namun aku lebih memilih menjadi pemujamu. Kita berdua menghiasi segala imaji dengan kata-kata. Hallo Biru, lama kita tak saling menyapa satu sama lain, aku rindu. Kamu suka biru, aku memang cinta kamu. Aku ini merah, tidak pernah pasrah.
Lalu, segala khayalanku kembali pada bulan kata yang pernah kita ucapkan itu...
"Dingin, aku butuh pelukkan."
Tiba-tiba sebuah permohonan tanpa tujuan kamu utarakan. Seolah dirimu mencari-cari orang yang mampu menjagamu.
"Bagaimana dengan pelukanku?"
"Kamu jauh, aku ingin dipeluk tiap hari. Dekatkan jarak, maka tugasmu adalah memelukku dengan erat."
"Jangankan mendekatkan jarak, bersamamu selamanya pun aku rela."
"Jangan pernah menyusun kata dan menggunakannya hanya untuk hiburan semata!"
"Bukannya itu tugasku? Tugasku untuk menghibur hatimu setiap waktu?"
"Tugasmu itu menjaga hatiku, bukan menghibur hatiku!"
"Baik, aku mengaku. Memang aku yang diutus-Nya untuk menjaga, menghibur, dan memiliki hatimu."
"Kata-katamu itu sungguh indah."
"Bukan kata-kataku yang indah, tapi kamu."
"Lalu, kalau semua kata ini terkumpul menjadi satu, kita bisa jadi apa?"
"Jadi...an, mungkin."
"Mungkin? Itu kata-kata penuh ragu. Atau kamu hanya ingin memberi harapan palsu?"
"Tidak, aku bukan pemberi harapan palsu. Hanya takut kamu tak membuka hati untuk perasaanku dan tidak membuka telinga untuk mendengar kata cintaku."
"Buka hati dan telinga boleh, asal tidak buka yang lainnya. Namun, bukannya hatimu sudah ada pemiliknya?"
"Jangan melantur, kamu suka biru, biarkan aku cinta kamu."
"Bukankah kamu suka merah? Lalu, apa aku harus pasrah?!"
"Kamu tidak harus pasrah, karena merahku itu pantang menyerah. Maka, aku berjuang untuk birumu agar cinta aku."
"Lalu, apa yang kamu takutkan?"
"Katanya pria sepertiku tidak takut rambutan, hanya takut sebuah ikatan."
"Kalau pria takut ikatan yang bernama komitmen, itu namanya bukan pria sejati."
"Aku belum selesai berkata-kata... aku bukan pria seperti itu, karena aku dan kamu adalah kita yang tertunda."
"Rayuanmu tak semanis rambutanku."
"Aku tidak bermaksud merayu, aku bermaksud jujur padamu."
"Kelak kopi soreku adalah bersamamu."
"Dan kelak pelukanku ada pada hari-harimu."
Dan kita pun saling bertukar kata, sangat dekat dan banyak di lini masa itu. Tanpa perlu menunjukkan untuk siapa kita berbicara, kita saling paham dan menjawab.
Terimakasih biru, kamu telah membantu merangsang kata-kata indahku. Kamu memiliki berbagai cara untuk memancingku, terimakasih dan aku rindu.
Pecinta kata, @catatansiDoy
Thursday, April 25, 2013
Bukan Itu... Kawan, Dengarkan Aku...
Sebenarnya tak mengapa jika kau berdiam diri, sungguh aku tak memikirkannya. Namun, ada sedikit rasa gundah kurasakan.
Bukannya aku memikirkanmu berlebihan, hanya diam kita tak pernah menjelaskan apa-apa. Saat ini aku kebingungan dalam sepi, sejujurnya aku ingin berkata lebih.
Ada rasa yang tidak biasa mengetuk hati, bukan untuk memiliki, hanya saja aku perlu kau sedikit mengerti. Aku tidak pernah menginginkanmu berubah, setidaknya tidak diam seperti ini.
Bukan aku berusaha mendekatimu, aku hanya berusaha baik dan ramah pada tiap manusia. Bukan berusaha memahamimu, aku hanya ingin kita saling mengenal. Setidaknya, kau harus tahu itu.
Mungkin membingungkan, namun seolah bumi ini memusuhiku. Mereka memandang sinis padaku, seolah aku sang penggoda dan kau lah korbannya.
Kawan, dengarkan aku, aku tidak bermaksud demikian. Aku bukan orang yang seperti apa yang kau pikirkan. Bagiku, kita hanya teman dan itu lebih dari sekedar apa yang telah kuharapkan.
Pada akhirnya, aku hanya ingin kau menjadi pendengar dari segala lelahku pada kehidupan. Aku hanya ingin kita saling bertukar pikiran, bukan perasaan.
Semoga kamulah yang mampu memahamiku sampai akhir nanti.
Sunday, March 24, 2013
Pre-Order #KafeCinta
Okay, akhirnya buku gue yang berjudul #KafeCinta siap terbit juga.
Kebetulan memang buku ini bisa di order via online. Karena rencananya buku #KafeCinta baru masuk toko buku sekitar awal april.
Mungkin ada beberapa orang yang bertanya dalam hatinya. Maka, gue tulis ini untuk menjawab semua keraguan.
Apa sih keuntungan beli buku #KafeCinta ini?
Buku #KafeCinta ini adalah buku yang unik. Sebuah buku dengab kisah tentang bermacam-macam masalah cinta yang dipadu menjadi satu. Gue memakai latar belakang sebuah kafe, satu hari (sabtu), namun dengan berbagai kisah tiap orang yang ada dalam kafe itu.
Gimana gue memadukan satu hari, satu tempat, dengan banyak tokoh di dalamnya? Silahkan baca sendiri.
Apa sih keuntungan beli buku #KafeCinta secara online:
Kalau kalian beli buku ini online, kamu bisa mendapat diskon yang lumayan. Harga asli buku ini Rp 40.000,- namun dengan membeli secara online, kalian cukup membayar Rp 34.000,- saja. Selain itu, dengan membeli buku secara online kalian akan mendapatkan tanda tangan penulis di buku itu, murah & asik 'kan? ^^
Selain itu, apa keuntungan membeli buku #KafeCinta ini?
Keuntungan paling besarnya adalah makna cerita yang terkandung di dalamnya, bisa menjadi sebuah pelajaran. Satu lagi, kalian bisa lihat muka asli gue. Karena di dalam buku itu ada foto gue, hahahahaha...
So, tunggu apa lagi? Buruan order online! Cuma ada 200 buku loh di toko online!
Silahkan pesan dengan mention @bukabuku @buku_plus @pengenbuku dan @bukukita, atau langsung saja klik disini untuk pemesanan online.
Salam, #titikduabintang
Wednesday, March 13, 2013
Namanya Juga Teman
"Eh, enggak kenapa-kenapa kok. By the way, selamat ya kamu udah jadian. Semoga langgeng!"
#KemudianHening #HeningSekali
Monday, March 11, 2013
Buku... Buku... Buku!!!
Keren kan? #KafeCinta |
Tuesday, February 12, 2013
Mata Cinta
Thursday, January 17, 2013
Leo & Bunga Melati
Sembari kuketik surat ini, masih terbayang wajahmu yang meneduhkan hati. Aku masih sama seperti hari-hari lainnya, menggunakan jemariku untuk menuliskan sebuah imaji.
Aku tahu diriku bukan siapa-siapa. Kadang aku merasa kecil di hadapanmu, bukan, bukan dunia nyata, sekedar pertemuan kita di dunia maya.
Berawal dari follow back-mu di twitter yang ku tunggu-tunggu, berlanjut pada DM kita yang spontanitas terjadi. Mungkin bukan terjadi begitu saja, hanya sebuah "ketidak sengajaan" yang aku buat-buat saja.
Kamu adalah sesosok wanita cantik berbintang leo. Selama ini aku sering melihat ramalan zodiak. Kupikir kita ini jodoh, libra dan leo pasangan yang sempurna, katanya.
Tapi, apa yang bisa aku lakukan untuk menyempurnakan kamu? Apa yang kamu butuhkan dari sesosok aku? Kamu sendiri sudah luar biasa tanpa perlu menyianyiakan waktu tentang cinta. Pesimis? mungkin saja.
Lini masa bernama twitter memberi julukan untukmu, julukan yang membuat lelaki lain getir mendekatimu. Apa lagi kalau bukan "ahlinya pemberi harapan palsu". Entah karena terbiasa mendengar julukan itu, aku justru merasa biasa saja. Tak mempengaruhi kekagumanku dan tak membuatku takut untuk kenal kamu.
Sifatmu yang mandiri, kuat, tak kenal lelah, namun tetap memancarkan aura keindahan dan keanggunan wanita. Ya, tepat sekali, kamu mirip bunga melati. Sesosok yang tegar, dewasa & mewangi untuk orang-orang disekitar.
Apa salah bila surat ini kukirim atas kekagumanku padamu? Mungkin saja buatmu salah, mungkin juga kamu abaikan. Bahkan, mungkin saja tak akan pernah terbaca dan mempengaruhi hatimu. Tapi, buatku sendiri surat ini menunjukkan bagaimana beraninya aku dengan ribuan reaksi serta resiko yang akan terjadi suatu saat nanti.
Bagiku, sosokmu sangat kukagumi, lebih dari itu aku sangat ingin mengenalmu lebih jauh lagi. Mungkinkah suatu hari nanti kita bisa bertemu untuk mengenal lebih dalam? Iya, hanya berdua saja di sebuah meja makan malam dengan cahaya lilin remang-remang.
See you next time.
Teruntukmu, Leonimelati.
Wednesday, January 16, 2013
Awalnya Aku Benci
Aku benci kamu, selalu saja ada yang menderita disebabkan kekuatanmu.
Aku benci kamu, selalu saja meneteskan air mata bagi orang yang tak mampu meredam amukanmu.
Kekuatan, amukanmu telah melukai banyak orang. Kenapa kamu ada?
Namun, suatu ketika aku berjalan di lahan kering penuh bebatuan. Kering kerontang dan gersang. Ranting-ranting berjatuhan tanpa ada dedaunan.
Orang-orang berkeluh kesah, melihat hamparan tanah tiada kehidupan. Padi-padi tertunduk lesu kecoklatan, layu tanpa kekuatan.
Mereka menangis, menanti sebuah keajaiban. Keajaiban darimu yang sangat ingin kumusnahkan.
Di waktu lainnya aku disakiti orang terkasih. Mataku pedih, ingin rasanya menangis meresapi rasa patah hati yang kurasakan. Gengsi ini melawan, tak ingin di hadapan orang itu aku terlihat lemah.
Namun, emosiku terlalu berkuasa, air mata tak dapat kutahan lebih lama lagi.
Tunggu,
Saat aku hampir meledakkan tangisan, tiba-tiba kau datang. Melindungiku dengan kekuatanmu yang luar biasa, memelukku dari rasa pedih yang tak tertahankan.
Kau datang untuk melindungi ego dan gengsiku yang tak ingin terluka. Kau datang menemani tiap bulir air mata yang jatuh ke bumi.
Karenamu, tangisanku terlihat samar. Karenamu aku tak kesepian. Karenamu air mata ini ikut larut dan terhapuskan.
Awalnya aku membencimu, lama-lama aku mencintai dan mulai menikmati hadirmu. Aku menulis surat ini sesambil meneguk cokelat hangat dan menghisap sebatang rokok di teras rumahku.
Seharian ini aku terus memandangimu, hujanku sayang.