Monday, January 14, 2013

Beda... #kemudianhening


Dear you,


Malam ini hujan rintik menemaniku, menemani untuk sebuah sajak tanpamu. Dingin menusuk kulit hingga jemariku membeku. Tunggu, tak lama kemudian aku sadar, jemariku beku karena menemukan sosokmu di batas imajinasiku. Terlewat begitu saja, membuatku terdiam dan kehabisan kata.

Teringat saat aku terpukau sosokmu kala itu, teringat saat aku terpukau sosokmu yang tampak sangat dewasa itu. Baju kantoran, mobil pribadi, rambut terurai berombak, dan tentu senyummu yang menggelitik isi hatiku. Aku mulai banyak memikirkan kamu, banyak kekaguman yang kusimpan dengan kemandirianmu.

Sosokmu menyadarkan aku, menyadarkan pria yang memiliki ego tinggi sepertiku. Dimana mataku selalu memandang tiap wanita mudah terluka, dimana wanita adalah sosok manja. Kamu memabuatku sedikit takut, takut melukai egoku ini. Kamu yang membuatku was-was, was-was karena dirimu tak mudah didekati.

Beberapa orang mengatakan padaku, beberapa lainnya membicarakanmu dengan jelas di lini masa. Mereka memberi julukan "pemberi harapan palsu". Dimana semua rasa untukmu terabaikan, dimana semua harapan padamu berubah menjadi sakit yang menusuk hati para lelaki itu. 

Julukan yang nyata aku baca, aku dengar, namun aku buang jauh-jauh dari otakku. Buatku, bagaimanapun citramu di mata orang, kamu adalah orang yang mampu membuat jantung ini berdetak tidak karuan. Kamu yang mampu membuat nadiku berdenyut keras dan nafasku terhenti saat memandang senyumanmu itu.

Terdengar konyol mungkin, apalah arti semua pemikiran mereka padamu. Apalah arti pandangan orang dengan kehidupanmu. Aku tahu rasa itu tak mampu dipaksakan, mungkin juga mereka yang terlalu ke-GR-an. Yang aku tahu, kamu adalah sosok yang menyempurnakan hari-hariku di Pulau itu.

Namamu, menghiasi pikiranku. Namamu tiba-tiba terukir indah di hatiku. Dita? Nama yang bagus. Sayang kita ini terlalu sulit bersatu. Aku mulai berpikir, apa tasbihku dapat melingkari salibmu? Apa sajadahku bisa ditempatkan di atas altarmu? Beda, cinta ini beda. Aku memang terpukau sosokmu, sayang cinta ini tak nyata. Bagai pungguk merindukan bulan, sosokmu nyata, namun tak dapat kugenggam.

Surat ini hanya sebuah ukiran kata untukmu yang telah memilih pria lain di hatimu, yang lebih pantas dan sejalan denganmu. Mungkin saat kamu baca nanti, aku telah pergi dari pulau Dewatamu yang seindah senyumanmu itu.



Teruntukmu "teman" ku, @cathadita

3 comments:

  1. Beda banget ama twitter kau doy..
    dan ini kamu banget, nih posting puitis juga.
    oh dita..
    salam manis dariku :P
    Nice post..

    ReplyDelete
  2. Doy, akan segera kubalas rentetan kata-kata baikmu ini. Walau aku lebih ingin menyusup melalui layar kemudian menjitakmu sepuas hati karena yang kau tulis terlampau lebih :)) Tunggu balasannya ya!

    Kembali salam untukmu, Umar Dani :)

    ReplyDelete
  3. Kalian berdua terlalu memuji, memuji kepagian tepatnya. :))
    By the way, thanks sudah mampir.
    Keep writing guys!

    ReplyDelete