Saturday, June 15, 2013

Perbincangan Di Pagi Hari (feat. @WifeCoffee)

Mugkin terdengar gila, namun ini lah kenyataan tersembunyi di pagi hari. Ada beberapa yang sulit kupahami, sampai akhirnya aku menyapa kopi.

"Selamat pagi."

"Selamat pagi, selamat menikmati fajar yang berselimut gelap. Dinginnya sering membawa butir kerinduan."

"Sayang rindu tak berujung, akhirnya sakit ditelan rindu yang menggelitik."

"Sayangnya rindu tak berujung yang tak sempat disampaikan karena sudah ditinggalkan."

"Dan kau korban. Saat cinta tulus diberikan, justru pahit kau rasakan."

"Dan aku lepas bahagia yang dulu aku simpan untuk dinikmati bersama. Akhirnya menjadi duka yang kunikmati sendirian."

"Sendiri, menepi, di tepi-tepi. Jatuh cinta perkara bahagia yang menerima luka. Seharusnya sudah kau siapkan hati saat jatuh nanti."

"Aku sudah menyiapkan hati yang aku tahu akan dilukai. Maka, sekarang aku memilih sendiri ketimbang terluka lagi."

"Trauma memang keparat. Namun, cinta tak harus sekarat. Kau bisa membuka hati lagi, seorang lelaki akan menghentikan pencarianmu suatu pagi nanti."

"Bukan lagi keparat, dia sudah menjadi bangsat! Aku tak ingin suatu pagi. Aku ingin lelaki yang datang di kala senja bersayap tiba menghiasi cakrawala."

"Menurutku senja adalah sebentuk luka. Merah darah, lama-lama menghitam. Sedangkan Kartini pun berkata, 'Habis gelap terbitlah terang.' Bukannya kau seorang Kartini? Fajar lah tempatmu menanti."

"Aku tak suka fajar. Ia terlalu mempunyai peran penting tehadap dingin dan sejuknya kerinduan akan masa lalu dan luka yang menganga."

"Aku lelaki fajar. Memang ada dingin menusuk tulang. Namun sadarlah, embun pergi bersama mentari. Ada kehangatan tersembunyi di pagi hari."

"Hangat itu seperti hangatnya masa lalu yang pernah memelukku. Aku takut itu. Sedangkan siang, aku takut akan panas yang menyengat. Seperti masa lalu yang menggores luka di hatiku."

"Kau belum memelukku pagi ini dan kau belum mengerti hangatku, Kopi. Suatu hari, aku adalah secangkir kopimu di pagi hari."

"Suatu hari jika aku masih mampu menikmati hari."

-tamat-

Apa kau mengerti makna cerita ini?

No comments:

Post a Comment