Tuesday, July 16, 2013

#CreativeCharity - Day 1

Selamat pagi, siang, sore, dan malam! Selamat kapan pun kalian membaca posting blog gue kali ini.

Oke, setelah lama nggak posting tentang info-info dan tips menarik, di posting kali ini gue bakal share pengalaman #CreativeCharity yang bakal diadain di 7 kota berbeda! WOW!


#CreativeCharity itu apa sih?

Aduh, ini pertanyaan udah basi banget, buat kalian yang belum paham apa itu #CreativeCharity mending baca di blog-nya @shitlicious di sini ya. Yang pasti #CreativeCharity itu kelas untuk belajar sekaligus beramal yang digawangi oleh Alitt Susanto.


Awalnya #CreativeCharity ini adalah ide dan akan dijalani oleh Alitt seorang, tapi karena dia memikirkan jauhnya tujuan serta beberapa marabahaya yang bakal ditemuin di jalan, alhasil gue diajak juga untuk nemenin dia selama touring 7 kota ini. Naik mobil berdua, berasa homo.

Yang lebih keren lagi, salah satu penerbit besar di Indonesia, Bukune, juga ikut mendukung acara #CreativeCharity ini. Bakal ada editor yang datang di tiap kota untuk nemenin kami berdua, keren!


Nah, untuk posting kali ini gue bakal melaporkan tentang #CreativeCharity hari pertama, yang tentu saja di kota Jogja. Karena tujuannya amal, kami akan menunjukkan hasil-hasil yang ada di tiap kelas secara transparan di blog. Takut kena karma, apa lagi bulan Ramadhan, kan?


Wednesday, July 10, 2013

Mata Besar & Mulut Besar (Dikutip dari "Monster")

Jaman dahulu kala, hidup dua orang miskin di pegunungan yang tandus. Yang satu kurus dan memiliki mata yang besar, yang satu lagi gemuk dan memiliki mulut yang besar. Mereka hidup bertetanggaan.

Mereka berdua hidup dalam kesusahan karena gagal panen bertahun-tahun. Makan sulit didapatkan, bahkan tanaman mereka tidak ada yang tumbuh subur di tanah pegunungan.

Suatu hari, datang seorang monster. "Mari membuat kesepakatan, mari membuat kesepakatan." Kata sang monster sambil tersenyum lebar kepada dua orang itu.


"Aku tidak ingin membuat kesepakatan dengan seorang monster!" Jawab si mata besar.


"Aku! Aku mau! Aku ingin tanahku subur dan memiliki hasil panen yang sangat banyak!" Jawab si mulut besar dengan semangat.

Dalam sekejap, monster itu mengabulkan permintaan si mulut besar. Tanahnya menjadi subur, ditumbuhi bunga-bunga yang sangat cantik dan memiliki hasil panen yang sangat banyak.

Orang bermata besar semakin lama semakin miskin, perutnya pun semakin kelaparan. Ia sungguh tersiksa.

Di sisi lainnya, hidup si mulut besar berubah drastis. Ia mampu makan dengan banyak dan bersenang-senang setiap hari tanpa ada yang bisa menghentikannya.

Orang bermulut besar itu tidak sadar, lama kelamaan bunga dan tanaman di kebunnya semakin layu. Waktu ia menyadarinya, semua sudah terlambat.

Sadar bahwa kebunnya tidak bisa ditumbuhi bunga dan tanaman lagi, orang bermulut besar itu membuka mulutnya dan menangis dengan kencang sambil memaki-maki. Ia menyesal, seharusnya tidak membuat kesepakatan dengan monster.

Orang bermata besar, perutnya kian lapar, kian lapar, dan sekarat. Ia menangis tersedu-sedu sambil memaki-maki. Seharusnya, ia mau membuat kesepakatan dengan monster itu.


"Mari membuat kesepakatan, mari membuat kesepakatan." Kata monster itu.

Green Tea Ice Blend


Taken from google



Saya suka green tea ice blend. Rasanya manis, warnanya hijau kental dan sangat dingin. Saya suka sekali dengannya.



Di kafe itu saya duduk di meja paling ujung dekat jendela. Kafe bertembok kuning gading, beratapkan kayu-kayu yang tersusun rapih dan perabotan berwarna cokelat tua yang kuno. Di kafe itu saya duduk menikmati segelas green tea ice blend kesayangan sambil menunggu seseorang.

Mata saya berkeliling mencari-cari seseorang. Saya tahu, saya tidak menemukannya. Ia belum datang.

Mata saya kembali berkeliling mencari-cari seseorang. Saya melihat kakek dan nenek duduk berhadapan. Tangan mereka saling menggenggam, yang satunya lagi menyentuh gelas di hadapannya. Wajah mereka berkerut-kerut, namun senyumnya mengembang. Bahagia mereka mampu saya rasakan.

Mata saya kembali berkeliling mencari-cari seseorang. Saya melihat pasangan muda bersama bayi di dalam kereta dorong di samping mereka. Mereka menikmati roti bakar dengan teh hangat di samping piring-piring di hadapannya. Wajah mereka masih segar tanpa kerutan, namun senyum tak mengembang. Seolah banyak pikiran.

Mata saya kembali berkeliling mencari-cari seseorang. Saya menemukan orang yang selama ini saya tunggu di meja itu, ia berjalan mendekati saya yang terpaku menatapnya. 

Ia wanita yang sangat cantik, bagi saya. Berwajah segar, berkulit kuning, dan bermata lebar. Ia memiliki bibir berwarna pink, seperti pipinya yang merona di balik kulit kuningnya. Ia menggunakan dress cantik berwarna hijau, seperti green tea ice blend di hadapan saya. Rambutnya terurai panjang bergelombang, warna hitam pekat memancar di bawah lampu remang kafe itu. Manis, saya mampu memandangnya tanpa henti-henti.

"Kita putus!" Katanya setelah berdiri di hadapan saya. Tanpa basa-basi, ia membalikkan badan dan meninggalkan saya duduk sendirian di sudut kafe itu.



Saya mencintai green tea ice blend. Rasanya manis, tak pernah meninggalkan saya. Ia tak akan pahit seperti  sikap wanita yang mulai luntur cintanya. Saya cinta sekali dengannya.