Tampaknya matahari sedang
marah siang itu. Langit sangat terang dan udara panas sangat
menyengat. Aku sedang duduk di dalam sebuah kafe yang penuh dengan
tumpukan buku-buku impor bermutu, di tepi jendela tentunya, tempat
favoritku. Namun, di dalam kafe pun tetap saja panas itu mengejarku.
Sampai-sampai bulir keringat menetes beberapa kali karena udara yang
tidak bersahabat itu.
Di tepi jendela, aku
menunggu seorang wanita datang. Wanita yang mampu membuatku lemah
tentunya, wanita yang penuh kata-kata filosofis dan sangat luas
pengetahuannya. Wanita itu selalu terlambat, di balik segala
kecerdasannya, aku masih tidak paham kenapa ia sering sekali
terlambat. Setahuku, wanita menghargai waktu dan pengingat yang baik,
tetapi tidak demikian dengannya. Mungkin, itu juga alasan mengapa aku
lemah dihadapannya, begitu tertarik padanya. Ia sungguh sosok yang
sangat berbeda.
Aku menikmati segelas
green tea latte yang sedari tadi ada di atas mejaku. Tangan
kananku membawa sebuah buku yang aku kibas-kibaskan agar udara panas
segera hilang dan tidak mengganggu. Sudah sekitar 30 menit aku
menunggu, ia tak kunjung datang. Aku mulai menyerah, mungkin ajakanku
tidak ia hiraukan. Mungkin juga, ia memiliki kekasih, karena itu aku
tidak pernah ia pandang.