Sunday, February 9, 2014

Solusi

Dear Radit,

Entah aku menulis dari mana, ini sebuah ruangan yang pengap di tengah malam. Yang pasti, aku menulis untukmu dengan sungguh-sungguh di tiap katanya. Bagaimana kamu bisa memikirkanku? Padahal berkenalan saja kita baru lakukan, kamu pintar bercanda rupanya.

Begini, sesungguhnya nama Fahri memang tidak mengganggumu. Namun, sungguh, namanya sangat membebani pikiranku beberapa tahun ini. Seolah aku tertahan, tidak mampu melangkah karenanya. Ada beberapa hal yang belum terselesaikan, aku tidak bisa tenang dan membiarkannya begitu saja. Jadi, maaf bila aku menyebut namanya. Bisa kamu beri aku sebuah solusi untuk melupakannya? Bila memang kamu dapat memberikan solusi itu, aku sungguh berterimakasih padamu.

Dear Radit,

Masih terlalu awal kita berjumpa, sebaiknya kamu masih menganggapku asing saja. Karena orang asing adalah tempat terbaik untuk bercerita, layaknya aku sekarang yang memohon diberi pendapat olehmu. Jadi, simpan dulu penasaranmu, biarkan kita lebih mengenal dengan jemari yang menulis indah ini. Coretannya tidak akan berbohong, maka aku akan berkata jujur, begitu juga kamu.

Salam hangat.

Rena

Ps: aku sangat suka kopi, terutama cappuccino hangat.

Friday, February 7, 2014

Bagaimana Jari Bercerita

Dear Radit,

Apa namamu Raditya? Atau sekedar Radit saja? Bagaimana kalau Radit saja? Terdengar lebih manis untuk diucapkan.

Baiklah, aku harus meminta maaf padamu atas tuduhanku sejauh ini. Aku benar-benar salah mengira, kupikir kamu Fahri, seorang pria yang membekas dalam ingatanku, seorang pria yang pernah di rumah itu sekitar dua tahun lalu. Sekali lagi, maafkan aku sedalam-dalamnya karena aku tidak bermaksud mengganggu.

Sebagaimana orang yang berkenalan, tolong lupakan segala surat-suratku sebelumnya. Anggaplah ini lembaran baru yang nantinya akan kita tuliskan sebuah cerita yang menyenangkan. Bukan berarti aku menyenangkan, itu biarlah dirimu dan waktu yang menilai. Karena diriku tidak mampu menilai diri sendiri, setidaknya aku tak ingin lawan bicaraku terlalu tinggi menilaiku sebelum benar-benar mengenal.

Dear Radit,

Sesungguhnya aku suka kalau kamu mau menjadi temanku dan berbagi cerita. Kesepian dan lelah akan kehidupan telah membuat kita terkekang dalam duka. Jadi, apa yang bisa kudengar darimu? Dan apa kah kamu mau mendengar ceritaku juga? Biasanya, pria malas mendengar cerita wanita. Bagi mereka, kami adalah tempat segala drama, kan?

Salam hangat,

Rena

Wednesday, February 5, 2014

Maaf

Sesungguhnya aku bingung, mengapa namamu berubah dengan inisial "R" layaknya namaku. Bukan kah namamu berinisial "F"? Kalau memang kamu bukan orang yang aku maksud itu, maka sedalam hati aku meminta maaf padamu.

Tidak, ini tidak seperti apa yang kamu pikirkan. Aku tidak berusaha dekat denganmu ataupun menguntitmu, mungkin takdir yang membuat surat ini salah alamat. Atau jangan-jangan kamu penghuni baru di rumah itu? Kalau memang iya, tentu saja kamu bukan orang yang aku maksud. Karena walaupun alamatnya serupa, orang yang tinggal bisa saja tidak lagi sama.

Maka, maafkan aku, kamu orang lain yang berinisial "R" di rumah itu. Aku tidak bermaksud mengganggumu, tapi memang aku memiliki sedikit masa lalu dengan penghuni rumah itu dulu. Ah, bukan, memang aku memiliki banyak kenangan bersama penghuni rumah itu, dari yang indah sampai yang menyedihkan. Mungkin surat pertama yang kukirimkan adalah bentuk rasa penasaranku karena beberapa hal yang belum terselesaikan.

Boleh kita saling mengenal dengan baik, karena masa depan memang selalu tentang lembaran baru tanpa coretan.

Sebutlah namaku Rena, kamu boleh memanggilku itu. Sedangkan kamu? Siapa gerangan yang menerima suratku dengan inisial "R" ini? Mari sebutkan nama kita agar lebih mudah untuk saling menyapa satu sama lain.

Salam hangatku.

Rena

Tuesday, February 4, 2014

Dear, Su

Dear kalian yang memang asu,

Sudah beberapa lama ini kita tidak berkumpul bersama lagi. Tidak seperti kemarin-kemarin, kita sering bersama menghabiskan waktu ber-4. Ya, mungkin kesibukan masing-masing sudah mulai membuat waktu kita terpangkas. Tidak ada lagi kita ber-4 yang lengkap, kadang hanya 2 atau 3 orang saja yang bisa berkumpul bersama.

Tidak mengapa, saya paham sekali kalau semakin ke depan, manusia harus memilih jalannya dan mengorbankan beberapa orang di sekitarnya. Tak hanya itu, kadang manusia harus membunuh waktu demi kesuksesannya sendiri.

Teruntuk kalian yang memang asu, terima kasih waktunya selama di jogja. Kalian memang asu, tapi beberapa kali saya bisa merindu. Rindu momen kebersamaan kita yang memang gila, terutama di malam hari.

Sebagaimana asu-nya kita, setidaknya kita sering bercanda dengan asal layaknya orang yang paling memahami satu sama lain, kita pun sering saling menolong dengan tulusnya. Itu hal-hal yang pantas diingat sampai kapan pun.

Kepada @shitlicious, teman sekaligus idola saya, mentor saya, dan seseorang yang telah membangkitkan asa saya. Terima kasih banyak atas segala cerita, nasihat, dorongan untuk maju & bantuan yang banyak selama ini. Semoga kamu semakin sukses setelah hijrah ke ibu kota nanti.

Kepada @aditsme, keamanan sejati di kelompok ini. Terima kasih sudah meluangkan waktu, memberi cerita, ide gila, dan hal-hal menyenangkan lainnya. Semoga sukses mendekatkan jarak LDR-nya. Jangan terulang kegagalan yang sudah-sudah.

Kepada @riimang, ajudan di kelompok ini. Terima kasih untuk info bermanfaat dan yang paling penting adalah beberapa gratisan yang menguntungkan. Semoga menemukan seseorang yang baru, serta lulus kuliah secepatnya.

Terima kasih kalian, bagian dari cerita hidup yan tidak mungkin dilupakan. Semoga kita tetap bisa berkumpul lagi suatu saat nanti.

Walaupun kalian memang asu, tapi satu kalimat ini menggambarkan segalanya: "Kesenangan bisa dibeli, tapi tidak untuk teman yang menyenangkan."

Sampai jumpa lagi, semoga sukses semua. I'll miss you, guys!

Monday, February 3, 2014

Ke-2

Tolong jangan semudah itu kamu melupakanku. Aku sungguh tahu kalau kita pernah ada dahulu. Sudah dua tahun kita tidak saling sapa dan berkabar, kamu tidak datang ke rumahku, bahkan sampai terakhir waktu itu, tidak berkirim kabar lagi padaku, sekarang kamu malah melupakanku? Siapa yang kejam? Kamu yang menghilang atau aku yang setia?

Kamu berjanji untuk menungguku, namun kamu malah berpaling begitu saja. Seberapa kuat janjimu? Apa sama kuat dengan cincin emas yang dahulu ingin kamu berikan padaku?

Lelah rasanya, kamu benar-benar lupa, pura-pura lupa, atau ini bukan orang yang aku maksud? Sebila mana kamu lupa, aku akan memaafkan dalam pulangku. Kalau kamu pura-pura lupa, aku tidak akan melupakan sakitku, namun kalau kamu bukan orang yang kumaksud dua tahun lalu, maafku sedalam hati untukmu.

R.

Saturday, February 1, 2014

1st Letter to You

Dear you,

Sudah lama tidak mendengar kabarmu di sana. Apa kabar kamu? Masih ingat aku? Semoga tidak semudah itu kamu lupa padaku yang pernah penuh bahagia sekaligus dirundung luka. 

Bukan aku ingin mengganggumu, tapi apa kamu bisa membantuku? Untuk mengulang sedikit saja apa yang belum sempat kita lakukan berdua.


With love,


R.