Friday, February 7, 2014

Bagaimana Jari Bercerita

Dear Radit,

Apa namamu Raditya? Atau sekedar Radit saja? Bagaimana kalau Radit saja? Terdengar lebih manis untuk diucapkan.

Baiklah, aku harus meminta maaf padamu atas tuduhanku sejauh ini. Aku benar-benar salah mengira, kupikir kamu Fahri, seorang pria yang membekas dalam ingatanku, seorang pria yang pernah di rumah itu sekitar dua tahun lalu. Sekali lagi, maafkan aku sedalam-dalamnya karena aku tidak bermaksud mengganggu.

Sebagaimana orang yang berkenalan, tolong lupakan segala surat-suratku sebelumnya. Anggaplah ini lembaran baru yang nantinya akan kita tuliskan sebuah cerita yang menyenangkan. Bukan berarti aku menyenangkan, itu biarlah dirimu dan waktu yang menilai. Karena diriku tidak mampu menilai diri sendiri, setidaknya aku tak ingin lawan bicaraku terlalu tinggi menilaiku sebelum benar-benar mengenal.

Dear Radit,

Sesungguhnya aku suka kalau kamu mau menjadi temanku dan berbagi cerita. Kesepian dan lelah akan kehidupan telah membuat kita terkekang dalam duka. Jadi, apa yang bisa kudengar darimu? Dan apa kah kamu mau mendengar ceritaku juga? Biasanya, pria malas mendengar cerita wanita. Bagi mereka, kami adalah tempat segala drama, kan?

Salam hangat,

Rena

No comments:

Post a Comment