Wednesday, February 5, 2014

Maaf

Sesungguhnya aku bingung, mengapa namamu berubah dengan inisial "R" layaknya namaku. Bukan kah namamu berinisial "F"? Kalau memang kamu bukan orang yang aku maksud itu, maka sedalam hati aku meminta maaf padamu.

Tidak, ini tidak seperti apa yang kamu pikirkan. Aku tidak berusaha dekat denganmu ataupun menguntitmu, mungkin takdir yang membuat surat ini salah alamat. Atau jangan-jangan kamu penghuni baru di rumah itu? Kalau memang iya, tentu saja kamu bukan orang yang aku maksud. Karena walaupun alamatnya serupa, orang yang tinggal bisa saja tidak lagi sama.

Maka, maafkan aku, kamu orang lain yang berinisial "R" di rumah itu. Aku tidak bermaksud mengganggumu, tapi memang aku memiliki sedikit masa lalu dengan penghuni rumah itu dulu. Ah, bukan, memang aku memiliki banyak kenangan bersama penghuni rumah itu, dari yang indah sampai yang menyedihkan. Mungkin surat pertama yang kukirimkan adalah bentuk rasa penasaranku karena beberapa hal yang belum terselesaikan.

Boleh kita saling mengenal dengan baik, karena masa depan memang selalu tentang lembaran baru tanpa coretan.

Sebutlah namaku Rena, kamu boleh memanggilku itu. Sedangkan kamu? Siapa gerangan yang menerima suratku dengan inisial "R" ini? Mari sebutkan nama kita agar lebih mudah untuk saling menyapa satu sama lain.

Salam hangatku.

Rena

No comments:

Post a Comment