Thursday, April 24, 2014

Letters

Chapter 1. - Drew






Kau tak akan pernah tahu apa yang akan menimpamu hari ini. Kebaikan, kesedihan, keburukan, kebahagiaan, cobaan, kematian, dan lain sebagainya. Banyak hal yang tak mudah untuk ditebak, kehidupan adalah misteri, kata banyak orang. Bahkan, seorang Sherlock Holmes yang termayshur di dunia detektif pun belum tentu mampu memecahkan seluruh misteri di dunia, terlebih masa depan manusia.

***

Pagi itu udara terasa sangat sejuk, suara kicau burung sayup-sayup terdengar. Matahari tampak mulai mengintip di balik awan yang berwarna putih, di langit biru yang sangat cerah. Angin bertiup dengan lembut, suara gemerisik daun bersautan membentuk nada yang indah untuk menyambut orang-orang di jalan.

Terlihat sebuah mobil sedan berwarna hitam melintas di jalan raya kota Yorkyard yang padat, Yorkyard adalah ibu kota dan salah satu tempat industri terbesar di dunia. Beberapa orang terlihat berjalan kaki dengan berbagai macam tujuan, dari mulai orang yang berangkat kerja, murid-murid sekolah, sampai para pedagang dan lain sebagainya. Di dalam mobil itu terdapat seorang pria dengan celana jeans dan kaos berwarna merah -bergambar iron man - duduk mengemudi sambil bersiul seiring lagu yang terdengar dari tape-nya.

Pria itu memiliki perawakan tegap dan tinggi, kulitnya berwarna kuning sedikit gelap dan di wajahnya terdapat bulu-bulu halus yang mengelilingi bibirnya. Sesekali ia mengetukkan jemari di kemudi sambil menganggukkan kepala. Tak lama kemudian, suara dering telepon genggam terdengar. Pria itu mengintip layar telepon genggamnya, sebuah nomor tidak dikenal menghubunginya.

"Siapa lagi ini?" gumam pria itu.

"Ya, halo," sapa pria itu sambil menggunakan ear phone.

"Kau sudah sampai ke rumah barumu?" tanya seorang wanita yang bersuara berat di seberang telepon genggam itu.

"Ah! Rupanya kau, Mom! Kupikir siapa," jawab pria itu.

"Kenapa nomor teleponmu berbeda, Mom?" tanyanya.

"Aku menggantinya, Drew." jawab ibunya.

"Yah, kau tahu sendiri, belakangan banyak sekali agen rumah dan sales kartu kredit meneleponku. Itu mengganggu serta sangat menyusahkan!" jawab ibunya gusar.

"Hahaha, begitulah, Mom. Sudah kukatakan, jangan terlalu mudah menerima kartu kredit atau ajakan dari sales lainnya. Beginilah hasilnya."

"Kau belum menjawab pertanyaanku, Drew. Kau sudah sampai?" Tanya ibunya bersungut.

"Belum, Mom. Sebentar lagi, aku masih di jalan."

"Kau berbicara di telepon ini sambil mengemudi? Yang benar saja, kau bisa kecelakaan, Drew! Konsentrasi saat mengemudikan kendaraan, jangan menggunakan telepon genggamu!"

"Mom, please... ini kau yang sedang meneleponku."

"Oh, maaf, aku lupa. Baiklah, kau mengemudi saja dulu, hati-hati di jalan. Jangan lupa mengabariku."

"Baik, Mom. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku."

"Tentu saja, kau anakku satu-satunya, bodoh!"

"Hahaha, oke-oke, jangan marah begitu, Mom. Ingat darah tinggimu."

"Baiklah, sampai jumpa, Drew."

"Oke, Mom. Bye."

Telepon itu ditutup oleh Drew dengan senyuman. Drew Halsborg, seorang pria berusia 27 tahun yang baru saja pindah ke kota Yorkyard karena tugas dari kantornya. Drew adalah pekerja yang ulet dan berprestasi, wajar jika akhirnya ia dipindah tugaskan di kantor pusat. Ia sedang berjalan menuju rumah yang baru saja dibelinya, di sebuah perumahan yang terletak cukup ke dalam. Ia membenci suasana kota yang padat dan penuh kendaraan bermotor, maka ia memilih daerah yang tenang dan nyaman untuk menenangkan pikiran dari tekanan pekerjaannya, tentu.

20 menit kemudian, Drew sampai di rumah barunya. Rumah itu cukup luas dengan dua lantai dan halaman yang dipenuhi rumput serta bunga-bunga segar. Temboknya terbuat dari batu bata dan kayu dengan perpaduan warna putih serta abu-abu. Rumah itu tampak baru, padahal baru saja direnovasi sebelum Drew membelinya. Kotak surat berwarna merah dengan penyangganya yang terbuat dari kayu tampak menghiasi halaman rumah itu. Nomor rumah 66A terpampang di depan pintu yang berwarna cokelat, lengkap dengan gagang berwarna kuning yang mengilat.

Drew memarkirkan mobil di depan rumah dan mematikan mesinnya. Ia turun dari mobil sambil melihat sekelilingnya beberapa saat, menghirup udara di lingkungan tempat tinggalnya dan meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku karena perjalanan jauh. Tak lama kemudian, Drew mengambil telepon genggam dan mulai menelepon seseorang.

"Ya, halo. Ini aku, Drew,"

"Halo, Tuan Drew. Bagaimana? Sudah sampai di rumah?" kata seorang pria bersuara serak di telepon itu.

"Ya, aku baru saja tiba."

"Barang-barang anda sudah sampai di kantor dari kemarin, kami kirimkan sekarang atau nanti saja?"

"Sekarang saja, Tuan. Supaya aku bisa bersantai setelah mengatur barang-barangku itu."

"Baiklah, 10 menit lagi kami tiba dengan barang-barang anda, mister Drew."

"Okay, aku tunggu. Terima kasih."

Drew menutup telepon dan mengangkat dua buah tas dari dalam mobilnya. Ia masuk ke dalam rumah itu untuk berkeliling sambil menunggu petugas angkutan barang sampai di rumahnya yang baru. Rumah baru, lingkungan baru, teman kerja baru, dan mungkin kehidupan baru juga untuk Drew telah dimulai.



(to be continued)

No comments:

Post a Comment