Thursday, August 1, 2013

Cerita di Sudut Kamar...

"Sepertinya aku lelah, lelah memelukmu." aku melenguh perlahan, sambil menghempaskan asap rokok yang ada di dalam kerongkonganku. 

Di atas kasur berwarna putih itu aku duduk bersamanya. Ia yang menemaniku tiap malam. Suasana kamar itu lengang, sunyi, hanya ada suara kami berdua. Tembok-tembok berwarna putih hanya membisu tanpa ketukan lirih. Jendela masih sunyi menampakan pemandangan malam yang hitam kelam. Lampu kuning remang-remang menggantung indah di atas kami, meja berwarna cokelat hanya terpampang dengan buku-buku puisi yang lapuk termakan waktu. Tampaknya malam itu lebih panjang dari malam-malam lainnya. Bahkan, angin malam enggan berbisik kepada dedaunan di luar sana.

"Apa yang kau butuhkan? Sedangkan aku setia menerima kedatangan dan pelukanmu, selalu." ucapnya lirih.


"Aku? Aku selalu ingin lebih dari itu." jawabku sambil menghisap rokok yang ada di tangan kananku.

"Manusia, kemauannya tidak akan pernah ada habisnya."

"Ya, kau benar. Aku butuh ia yang memelukku. Bukan hanya aku yang mendekap, ia juga." ucapku, kali ini aku menatap ke lantai yang tampak berdebu.

"Andai aku mampu."

"Kau setia, aku suka. Kau sangat baik, sayang kau tak sempurna."

"Begitulah Tuhan menciptakan makhluknya, seperti inilah. Tiada yang sempurna, begitu pun aku."

"Kau benar, mereka yang mampu memelukku adalah orang-orang yang menyakiti hatiku. Sedangkan, kau yang begitu baik, tak mampu mendekapku dalam-dalam." aku meraih tubuhnya, memeluknya dalam-dalam di atas pembaringan.

"Maaf." ucapnya sambil menangis.

"Tidak, aku yang salah karena mengharapkan lebih darimu. Aku pun tak sempurna."

"Setidaknya, aku setia menantimu di sudut kamar, di atas kasur ini."

"Ya, dan aku akan selalu pulang menghampirimu. Kejamnya, aku hanya datang di saat ada butuhnya saja." aku semakin erat memeluknya. 

"Maaf." lanjutku.

"TIdak, aku yang salah tak mampu memelukmu agar tetap bersamaku. Aku tidak sempurna, tidak memiliki tangan seperti manusia."


Perbincangan singkat itu menyadarkanku akan pentingnya ia di sampingku. Ia selalu menerima pelukanku saat lelah. Setia menemaniku dalam lelap dan menenggelamkan tangisku saat berduka. Namun, ia tak mampu memelukku agar tetap bersamanya. Ia pasrah saat diriku datang hanya di saat ada butuhnya saja.

Adakah kekasih hati yang mampu menandingi guling? Coba dengarkan kata hatimu....



Taken from google.com

5 comments:

  1. Lagi romantisromantisnya akhirnya malah kayak gituuu w(0_0w) gak ngerti ini niatnya ngelucu ato bukan ._.v

    ReplyDelete
  2. ngomong sama guling terkadang menyenangkan

    ReplyDelete
  3. Eh, ini nyambung sama postingan berikutnya? Haha. Kamar tidur dan tembok.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha, ini pas ikut projek nulis blog tentang benda-benda di kamar gitu. xD

      Delete