|
image from google.com |
Tidak memiliki pasangan mungkin bukan masalah untuk beberapa
orang, toh saya lihat, banyak orang yang mampu bersembunyi dalam topeng tawa.
Mereka terbiasa menyembunyikan kesedihan, tanpa melibatkan orang-orang di
sekitarnya. Mereka mampu menikmati kehidupannya dan berbagi dengan teman-teman.
Di sisi lain, saya paham kalau beberapa orang butuh perhatian
dan kasih sayang – yang entah mengapa – mereka sangat ingin dapatkan dari seorang
kekasih hati. Sehingga, mereka selalu merasa ada yang kurang saat tidak
memiliki pasangan.
Di dalam kehidupan ini kita harus menyadari bahwa dalam tiap
permintaan, selalu ada risiko yang menanti. Jika kau meminta kemarau, maka
beberapa tumbuhan akan mati kekeringan. Saat kau memohon hujan, jangan takut
akan lumpur dan banjir yang menerjang. Begitu juga saat kau meminta pasangan,
maka kau harus bersiap untuk patah hati yang dirasakan.
Banyak yang mematikan rasa dan menutup rapat-rapat
hatinya karena takut terjatuh, padahal membuka kesempatan baru adalah cara
terbaik untuk melupakan.
Begitupun pada mereka yang memilih bertahan walau disakiti,
dengan alasan enggan dan lelah untuk memulai.
Saya pikir, kita memang makhluk yang cukup rumit untuk dipahami.
Namun yang pasti, saat kau tidak memiliki pasangan, itu bukan akhir untuk
kehidupanmu. Begitu juga saat kau ditinggalkan.
Ada banyak cara untuk menikmati secangkir kopi. Kita dapat
mencampurnya dengan krim, menambahkan gula, susu, dengan air hangat, maupun es
batu. Ampasnya dapat kita gunakan untuk melukis rokok kretek atau bahkan untuk
menghukum seseorang yang kalah dalam permainan kartu. Begitu juga dengan
menikmati kehidupan, banyak hal yang dapat kita lakukan.
Kau harus mengerti bahwa ketiadaan seseorang di sisi dan kata
perpisahan bukan akhir dari kehidupan.
Yogyakarta, 10 November 2016