Wednesday, January 16, 2013

Awalnya Aku Benci

Aku benci kamu, selalu saja ada yang menderita disebabkan kekuatanmu.

Aku benci kamu, selalu saja meneteskan air mata bagi orang yang tak mampu meredam amukanmu.

Kekuatan, amukanmu telah melukai banyak orang. Kenapa kamu ada?

Namun, suatu ketika aku berjalan di lahan kering penuh bebatuan. Kering kerontang dan gersang. Ranting-ranting berjatuhan tanpa ada dedaunan.

Orang-orang berkeluh kesah, melihat hamparan tanah tiada kehidupan. Padi-padi tertunduk lesu kecoklatan, layu tanpa kekuatan.

Mereka menangis, menanti sebuah keajaiban. Keajaiban darimu yang sangat ingin kumusnahkan.

Di waktu lainnya aku disakiti orang terkasih. Mataku pedih, ingin rasanya menangis meresapi rasa patah hati yang kurasakan. Gengsi ini melawan, tak ingin di hadapan orang itu aku terlihat lemah.

Namun, emosiku terlalu berkuasa, air mata tak dapat kutahan lebih lama lagi.

Tunggu,
Saat aku hampir meledakkan tangisan, tiba-tiba kau datang. Melindungiku dengan kekuatanmu yang luar biasa, memelukku dari rasa pedih yang tak tertahankan.

Kau datang untuk melindungi ego dan gengsiku yang tak ingin terluka. Kau datang menemani tiap bulir air mata yang jatuh ke bumi.

Karenamu, tangisanku terlihat samar. Karenamu aku tak kesepian. Karenamu air mata ini ikut larut dan terhapuskan.

Awalnya aku membencimu, lama-lama aku mencintai dan mulai menikmati hadirmu. Aku menulis surat ini sesambil meneguk cokelat hangat dan menghisap sebatang rokok di teras rumahku.

Seharian ini aku terus memandangimu, hujanku sayang.

1 comment:

  1. jahhh -_- hujan toh di kira nya apaan.... nice post om

    ReplyDelete