"Ada rasa yang tak biasa
Yang mulai kurasa yang entah kenapa
Mungkinkah, ini pertanda
Aku jatuh cinta, cintaku yang pertama"
Mikha Tambayong - Cinta Pertama
taken from google.com |
Banyak orang bilang
masa-masa kecil - seperti saat masih TK atau mungkin saat duduk di
bangku SD - kita pasti pernah merasakan jatuh cinta. Orang-orang
sering menyebutnya cinta monyet, entah sebutan dari mana sampai ada
kata cinta monyet. Setau gue, cinta pertama gue itu cewek tulen,
seorang manusia seutuhnya yang rambutnya di kepala doank. Bukan
monyet yang punya rambut di seluruh bagian tubuhnya. Untungnya gue
masih normal dan bisa bedain mana monyet dan mana manusia.
Cinta pertama memang
unforgettable dalam kehidupan sebagian orang. Orang lebih
mudah mengingat saat pertama dan saat terakhir ketimbang mengingat
yang ada di tengah-tengahnya. Orang-orang lebih merasa terkesan
karena awalan dan akhiran, makannya banyak yang bilang kalau PDKT itu
masa-masa paling indah dan putus itu perih jenderal!
Cinta yang gue alami
pertama kali terjadi saat gue masih kelas 5 SD. Waktu itu gue masih
ingusan, masih bau terasi, dan masih kecil kaya kutil. Bukan, bukan
kecil dalam arti fisik. Gue dulu gendut sampai nggak punya leher.
Kalau udah mau Idul Adha, orang-orang bakal susah bedain mana gue dan
mana anak sapi. Fak!!! Rasanya bener-bener kaya buntalan lemak yang
siap dijual di pasar-pasar tradisional.
Singkat cerita, gue
yang waktu itu masih belum tau arti kasih sayang dan cinta tertegun
oleh keindahan seorang makhluk sempurna hasil lukisan Tuhan.
“Doy awas!!!”
PLAAAAKKK!!!
Bagus, kepala gue
memar. Sekarang gue tersungkur di lapangan akibat bola kasti yang
melayang keras tepat ke kepala gue. Heran aja, ngelamunin apa gue,
sampai-sampai bola kasti lewat aja gue enggak liat sama sekali.
Hari ini hari Kamis,
pelajaran jam pertama adalah olah raga. Sekarang gue dan teman-teman
sedang bermain kasti di lapangan dekat sekolahan gue. Gue bukan orang
yang pintar olah raga, wajar kalau gue selalu jadi anak bawang. Ya,
sedih memang jadi anak yang kurang dianggap. Apa lagi karena kita
enggak bisa olah raga.
Balik lagi ke masalah
kepala gue, sekarang gue terkapar di lapangan yang penuh rerumputan
hijau. Kepala gue pening, mungkin ini rasanya kalau dipukul sama Mike
Tyson. Belum sempat gue berdiri, tiba-tiba ada seseorang yang
menghampiri gue.
“Doy! Ya ampun! Elo nggak kenapa-kenapa, kan? Maaf ya!”, kata suara itu. Gue kenal suara
ini, ya suara cewek yang gue suka.
“Enggak. Enggak
kenapa-kenapa, Cuma rada pusing aja”, kata gue seadanya sambil
menahan malu.
Namanya Hera, umurnya
lebih tua dari gue 1 tahun, dia satu angkatan sama gue. Hera ini
harusnya kakak kelas gue, tapi katanya dia enggak naik karena sempat
sakit 1 semester. Hera bukan cewek paling cantik, bukan juga paling
tajir di sekolah, dia cuma anak pedangan bakso didekat SD gue.
Anaknya lumayan tinggi, langsing, kulitnya kuning, rambutnya pendek.
Buat gue pribadi, cewek dengan rambut sebahu itu +7 poin. Tahi lalat
menghiasi mata kirinya, dan yang bikin gue heran lagi dia ini sporty
abis man!
Ya, Hera ini termasuk
cewek perkasa di sekolah gue, dalam hal olah raga dia jagonya.
Bahkan, kadang cowok-cowok kalah cepat larinya, termasuk gue
yang waktu itu masih gendut kaya beruang kutub salah benua.
Hera ini jago kasti,
tiap dia mukul bola pasti hasilnya home-run. Sialnya, hari ini gue korban keganasan pukulan kasti Hera. Ya, bola yang tadi melesat cepat ke arah gue itu adalah bola hasil pukulan Hera. Gue kadang curiga, Hera
ini cowok atau cewek. Karena gue khawatir kalau jangan-jangan gue lagi
jatuh cinta sama sesama jenis, atau paling parah mungkin aja dia
salah hormon dan termasuk hemaphrodite.
Gue jatuh cinta sama
Hera sejak awal perkenalan tahun ajaran baru di kelas 5 ini. Berkat suaranya yang lembut, tahi lalat yang memukau seperti cici faramida, wajahnya yang pacar-able dan tentu senyumnya yang manis itu sulit untuk dilupakan. Apa lagi,
gara-gara liat senyum Hera yang manis tiap hari, gue mulai mengidap
hepatitis sejak kecil. Dia anaknya baik, dia selalu mau bantuin orang
yang kesusahan, termasuk gue. Hal ini yang bikin gue naksir sama
Hera.
-----------------------------
Selesai pelajaran olah
raga, temen sebangku gue, sebut saja Rengga, terlihat sedang asik
mengintip ke dalam ruang UKS. Ruang UKS SD gue ini enggak begitu
besar, cuma berukuran 4x4 aja. Ada 3 jendela yang menghiasi
dindingnya dan 1 pintu masuk. Di dinding terpasang poster-poster
tentang kesehatan, gue sendiri enggak tau apa fungsinya. Di dalamnya
ada 2 tempat tidur yang mirip di bangsal-bangsal rumah sakit, dan ada
1 meja beserta 1 lemari yang berisikan obat-obatan.
Di UKS ini biasanya
cewek-cewek ganti baju setelah pelajaran olah raga, karena gue
penasaran dengan apa yang dilakukan Rengga, akhirnya gue samperin
dia.
“Ngga, ngapain
lo?!”, kata gue.
“SSSTTTT! Diem
bapuk! Jangan keras-keras!”, jawab Rengga.
“Sini deh! Gue
ajarin jadi lelaki dewasa seutuhnya”, lanjutnya dengan nada sok
bijaksana macam dokter boyke yang belum akil baligh.
Gue yang masih polos
pun menuruti perintah Rengga. Gue jalan nyamperin dia, dan ikut
berdiri di depan jendela UKS sekolah.
Rengga ini temen
sebangku gue yang freak abis. Anaknya dewasa sebelum
waktunya. Pernah gue liat dia bawa majalah “Lipstik” yang gambar
cewek di cover-nya bikin berdiri si otong, atau pernah juga dia
sengaja mengibaskan rok cewek-cewek ke atas demi melihat warna
underwear-nya. Ya, Rengga ini gila memang. Gue yakin dia bakal
jadi orang sukses kalau mau kerja di JAV (Japan Adult
Video).
Gue yang sudah
mengambil posisi siap siaga di sebelah Rengga pun ikut mengintip ke
dalam UKS. Kebetulan banget gorden UKS terbuka sedikit sehingga gue
bisa lihat ke dalam dengan leluasa. Gue bener-bener kaget, si Rengga
ini ternyata lagi ngintipin cewek-cewek kelas gue ganti baju. Baru
pertama ini gue ngelakuin hal yang memalukan ini.
“Asik kan? He he
he”, kata Rengga sambil berbisik.
“Errrrr…”, gue
speechless tapi sedikit menikmati.
Yah, namanya juga anak
kecil, pasti apa-apa pingin cobain. Karena sudah terlanjur basah
ngintip cewek-cewek ganti baju, akhirnya gue mengambil keputusan
untuk mencari Hera. Ya, cewek yang gue suka itu. Jujur gue belum
punya nafsu sama cewek, jadi liat mereka pakai kaos dalem dan
underwear ngga bikin gue ngerasa gimana-gimana.
Di sudut ruangan dekat
meja akhirnya gue temukan Hera yang sedang mengancingkan bajunya. Gue
liatin Hera dari kepala sampai kaki, gue liatin baik-baik. Akhirnya
gue mengambil kesimpulan kalau gue normal, ya normal karena Hera
beneran cewek. Dari mana gue tau??? waktu itu gue berpikir kalau
cowok dengan lari secepat itu pasti betisnya sebesar kentongan
maling. Waktu gue liat hera, betisnya normal untuk ukuran cewek,
ramping dan bersih. Tangannya juga enggak berotot kaya Ade Rai, yang
gue liat dia memang beneran seorang cewek tulen.
“Alhamdulillah”,
kata gue dalam hati saat itu.
“AAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!”,
belum sempat lamunan gue hilang tiba-tiba aja ada suara teriakan
cewek.
Ya, guys, Hera ngeliat
gue lagi ngintip lewat jendela. Gue bengong, kaget, dan mematung
tanpa bisa berkata-kata. Seiring dengan teriakan Hera, cewek-cewek
lain juga mulai ikut berteriak.
“AAAAAAAAAA!!!!!”
“DOYCABUL!!!”
“DOY NGINTIP!!!”
“KYAAAAAAAA!!!”
“JANGAN OM! JANGAN!”
“KERAMASI AKU MAS!
KERAMASI AKU DENGAN CINTAMU!!!”
“NIKAHI AKU OM!
NIKAHI AKU SEKARANG!”
Saya prihatin.
Mendengar
teriakan-teriakan itu gue jadi panik, gue liat ke sebelah, ternyata
Rengga udah kabur duluan. Kampret si Rengga. Akhirnya dengan
terburu-buru gue turun dari pijakan gue. Tapi sebelum gue lari, gue
udah di cegat sama guru Agama yang kebetulan lewat dan mendengar
teriakan cewek-cewek dari dalam UKS. Alhasil telinga gue dijewer
sampai merah dan di bawa ke kantor guru untuk di interogasi seperti om-om pelaku pencabulan pada anak di bawah umur.
---------------------------
Gue yang masih polos,
gue yang masih unyu, dan gue yang masih imut akhirnya harus
menanggung beban sosial atas tindakan gue (dan Rengga, harusnya). Gue malu, gue
dipandang sinis oleh temen-temen cewek, gue di ketawain sama
temen-temen cowok, termasuk Rengga. Gue dapat sebutan baru di
sekolah, yaitu mesum.
Lebih parahnya lagi,
besoknya Hera berubah jadi sinis ke gue, belum lagi mata gue jadi
bintitan gara-gara ngintipin cewek-cewek ganti. Lengkap sudah
penderitaan gue. Ya, ini memang tentang cinta pertama, dimana hati
gue terketuk oleh cewek yang sempurna. Tapi ini juga patah hati yang
pertama kali gue rasa, dimana hati gue dihempaskan seorang cewek sebelum gue menyatakan apa-apa.
Anti klimaks...
Buat gue saat ini,
cinta pertama itu memalukan jendral!
to be continue...
Eh nyasar diblog yang tulisannya keren gini...salam kenal ya..
ReplyDeletedoy... lu org mana si? kreatip bgt bikin cerita...:D
ReplyDeleteKampretlah. Endingnya nyesek :p
ReplyDeleteHahaha..
ReplyDeleteCinta pertama yang mengesankan
haha cinta pertama apa pengalaman memalukan pertama kak?
ReplyDeleteTapi ceritamu mengesankan juga