Monday, January 6, 2014

Mantannya Teman dan Temannya Mantan

Haloooo, semua! Happy new year!

Udah lama gue nggak posting di blog karena lupa password-nya. Iya, gue pelupa, makanya gue suka nulis dan mencatat semua. Itu sebabnya nama akun gue pakai "catatan", karena gue suka nyatet tiap momen yang gue alami. Sayangnya, walaupun suka mencatat, otak gue bukan perekam yang baik untuk password akun-akun gue. *nangis*

Oke, seperti yang gue janjikan kemarin-kemarin, di blog ini gue bakal bahas tentang "mantannya teman dan temannya mantan" yang sering menjadi masalah. Kenapa gue bisa bilang ini masalah? Karena belakangan, gue sering dengar teman-teman saling sindir satu sama lain, yang tentu saja masalah utamanya karena ada mantannya teman yang di dekati oleh teman gue yang lainnya. Sebut saja teman gue yang punya mantan itu si-A dan yang deketin mantannya itu si-B. Nah, si A ini sering nyindir si B karena deketin mantannya. Padahal mereka berdua juga temenan. See? 

Si A suka nyindir si B di mana pun dan kapan pun, hal ini bikin gue miris. Karena, kadang, gue harus jalan bareng mereka, tapi nggak mungkin kan kalau gue harus jauhin salah satu cuma karena permasalahan mereka ini? Buat gue, musuh teman bukan berarti musuh gue juga. Kecuali kalau memang sama-sama ada masalah di antara kami.

Karena kejadian itu, akhirnya gue memikirkan beberapa hal: halal nggak sih kalau deketin atau jadian sama mantannya teman atau temannya mantan? Permasalahan apa sih yang bakal dihadapi kalau jadian/PDKT sama mantannya teman? Lalu, bagaimana menyikapi semuanya? Semua bakal gue jawab di posting ini. Inget, yang harus kalian garis bawahi di sini adalah, gue bahas tentang teman ya, bukan sahabat. Karena mungkin, sahabat lebih rumit lagi permasalahannya. Jadi, gue nggak mungkin bahas semua dalam satu tulisan ini saja.


taken from google.com

Permasalahan dimulai dari halal atau tidaknya kita untuk PDKT/jadian sama mantannya teman. Sebenarnya, menurut gue pribadi, PDKT/jadian sama mantannya teman itu halal-halal aja. Jodoh itu siapa yang tahu dan dari mana datangnya, kan? Kalau semisal jatuh cinta sama orang - yang kebetulan mantannya teman atau temannya mantan - kita bisa ngapain lagi? Namanya perasaan nggak bisa dibohongi. Hal ini berlaku juga untuk yang memendam perasaan pada temannya mantan.

Kalau memang mendekati dan jadian sama mantannya teman atau temannya mantan itu salah, gue kasihan sama mereka yang punya banyak kenalan/teman. Semisal teman/kenalannya itu gonta-ganti pacar, berarti ada kemungkinan mantannya bakal kalian deketin atau jadiin pacar. Masa iya, karena mantannya teman/temannya mantan kita harus jomblo seumur hidup? Atau malah mencari pasangan yang nggak sesuai dengan yang diidam-idamkan? Selain itu, karena ketakutan akan mantannya teman, bisa-bisa kita juga jadi malas untuk punya banyak teman. Padahal, katanya punya banyak teman dan tidak membeda-bedakan itu bagus. Secara tidak langsung, hal-hal ini membatasi lingkup pertemanan kita. Karena rasa tidak enak pada mantan atau teman bisa membuat gagal mendapat pacar yang kalian inginkan.

So, menurut gue, timbulnya masalah dengan mantannya teman dan temannya mantan itu disebabkan oleh dua hal:

1. Teman/mantan kamu belum move on

Kemungkinan yang terjadi adalah seperti nasib teman gue si A dan B di atas tadi. Saling sindir dan nggak mau kalah satu sama lain. Ya, namanya juga orang belum move on pasti nggak mau lihat mantannya sama orang lain, apa lagi sama temannya sendiri. Harga diri dan nggak mau melihat mantan bahagia dengan orang lain adalah alasan utamanya.

Selain itu, bisa saja karena belum move on, teman malah menjelek-jelekan kita or mantannya. Nah, ini juga sering terjadi. Padahal mantan/diri kita belum tentu seperti yang dia omongin, karena nggak mau kalah, akhirnya jadi begitu deh, saling tusuk di belakang pun dihalalkan karena takut saingan. Jangankan belum move on, orang yang saingan untuk PDKT aja sering saling tusuk. Yah, lebih baik jangan percaya ceritanya, coba kenali orangnya.


2. Lingkungan/Teman-teman sekitar

Ini juga menjadi masalah untuk orang yang pdkt/jadian sama mantannya teman atau temannya mantan. Takutnya jadi bahan gosip atau bisa saja teman satu kelompok nggak menerima kehadiran pasangan. Pengaruhnya memang besar dan jadi beban karena jadi bahan omongan. Bisa saja beberapa orang bakal ngomong, "Loh, itu kan mantannya si A, kok jadian sama si B sih? Kayak piala bergilir aja."

Atau saking parahnya, karena mantan belum move on, dia bisa saja menyebar gosip nggak enak ke lingkungan yang bikin telinga panas buat kalian dan tentu saja pasangan. Hal ini nggak akan berpengaruh buat orang-orang yang cuek dengan perkataan miring dari sekitar. Sayangnya, lebih banyak yang perasa dan memendam dalam hati. Di satu sisi pingin mengakui, di sisi lain nggak enak sama lingkungan. Serba salah dan jadi sia-sia hubungannya.


Lalu, apa saja yang bisa dilakukan untuk meredam semua masalah yang akan timbul?

1. Pengertian dan jujur

Mungkin enggak enak untuk mengalah, tapi namanya teman tetap saja ada persaingan. Setidaknya tunggu temanmu move on dari mantannya, baru kamu resmikan hubungan kalian. Itu pun kalau belum basi nantinya. Yang pasti, coba jujur sama teman kalau kamu naksir mantannya. Ini juga berlaku untuk kalian yang naksir temannya mantan, jujur dengan mantan nggak ada salahnya kok. 

Pengertian nggak selalu dari kamu saja, teman/mantan kamu juga harus punya toleransi. Walaupun pasti rasanya "DEG!" di hati, tapi siapa tahu teman/mantan kamu masih punya kebaikan serta keikhlasan dan keajaiban bisa saja terjadi. Kalau belum mencoba, siapa yang tahu hasilnya.


2. Nggak usah deketin

Ketimbang ribet dan urusan panjang, yaudah cari yang lain aja. Cari sejauh-jauhnya dari circle/lingkungan gaul kalian. Silakan menyerah dengan keadaan dan siapa tahu takdirmu menjadi jomblo berkepanjangan, kan? :p



Begitulah pendapat gue tentang mantannya teman dan temannya mantan. Halal nggak buat PDKT/jadian? Halal kok. Kenapa harus takut deketin mantannya teman kalau memang dia yang bisa membuatmu nyaman? Cinta itu untuk menguatkan, bukan menjatuhkan dan menjerumuskan. Jadi, bagaimana dengan kalian? Ada pendapat lainnya? Silakan diungkapkan.






Wassalam.

No comments:

Post a Comment